Liputan6.com, Pyongyang - Mengenakan jas gelap motif garis-garis, rambut rapi disisir ke belakang, dan berkaca mata, pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un berdiri menyampaikan pidatonya dalam Kongres Partai Buruh Ke-7.
Topik dalam pidato yang disampaikan Sabtu 7 Mei 2016 waktu setempat sangat krusial. Soal persenjataan nuklir milik negeri paling menutup diri di muka Bumi itu.
"Pemimpin Korut Kim Jong-un menegaskan, negara tak akan menggunakan senjata nuklir kecuali kedaulatannya yang digerogoti oleh 'pasukan musuh yang invasif dengan persenjataan nuklirnya'," demikian dilaporkan kantor berita KCNA, seperti dikutip dari CNN, Minggu (8/5/2016).
Kim Jong-un juga dilaporkan mengatakan negaranya akan memenuhi kewajiban nonproliferasi nuklir dan berupaya mewujudkan denuklirisasi global.
Â
Baca Juga
Sebelumnya, dalam pidato pembukaan kongres yang berdurasi 15 menit, Kim Jong-un menyebut, perkembangan persenjataan Korut, "meningkatkan rasa hormat dunia dan para musuh terhadap Korea Utara."
Aktivitas Pyongyang yang cenderung mengkhawatirkan beberapa kali bikin dunia khawatir.
Pada Januari 2016 lalu, Pyongyang mengumumkan keberhasilannya menguji coba perangkat termonuklir. Jika klaim itu benar, hal tersebut menandai kemajuan kemampuan nuklir Korut.
Sejak itu, sejumlah uji coba dilakukan Pyongyang, termasuk meluncurkan rudal menggunakan roket atau dari kapal selam. Awal Maret lalu, Korut juga mengumumkan telah memperkecil ukuran persenjataannya.
Masa Keemasan?
Advertisement
Tak hanya soal nuklir, dalam sambutannya, Kim Jong-un juga mengatakan, kongres akan menelaah kemajuan luar biasa yang dihasilkan partai.
Juga akan menfokuskan upaya untuk mempertahankan hal tersebut, untuk mengantar Korut ke masa keemasan pembangunan sosialis.
Namun, provokasi Korut menggunakan nuklir memicu sanksi keras PBB. Ulah Pyongyang juga membikin jengkel sekutu kuatnya, China.
Tak hanya itu, satu-satunya simbol kerja sama dengan Korea Selatan, Kompleks Industri Kaesong yang berada di dekat zona demilitarisasi juga ditutup selama masa kepemimpinan Kim Jong-un.
Sementara itu, tak seperti biasanya, kongres partai Korut tak mengundang pejabat Tiongkok. Demikian menurut kantor berita China.
Kim diduga juga bertekad untuk memproyeksikan citra kemandirian, sementara negaranya yang miskin mengejar ambisi nuklir -- menentang kecaman dunia internasional.
Ia memperkenalkan istilah 'Byongjin' -- janji meningkatkan taraf hidup rakyatnya dengan pembangunan ekonomi, dan mengejar kemajuan di bidang nuklir. Sejumlah pengamat internasional menilai, dua tujuan itu bertolak belakang.
Kongres Partai Buruh Korut adalah yang kali pertama digelar sejak 36 tahun.
Kali terakhir kongres digelar pada 1980. Hasilnya, menetapkan ayah Kim Jong-un, Kim Jong-il sebagai pemimpin pengganti Kim Il-sung -- ayah sekaligus pendiri Korut.
Ajang yang dibuka pada Jumat 6 Mei 2016 melibatkan 3.000 anggota partai dan 100 jurnalis dari berbagai negara.
Namun, rincian pembicaraan dalam kongres dirahasiakan dari pers asing dan publik Korut hingga buletin tentang acara itu diterbitkan.