Liputan6.com, Harare - Ada benang merah antara dolar AS, pound sterling Inggris, rand Afrika Selatan, rupee India, yen Jepang dan yuan China.
Semua mata uang itu merupakan alat tukar resmi yang digunakan di Zimbabwe, sebagai solusi masalah hiperinflasi yang melanda negara tersebut.
Baca Juga
Baca Juga
Menurut sebuah laporan yang dikutip dari CNN, Senin (9/5/2016), sejak tahun 2009, Zimbabwe mulai menggunakan mata uang negara lain sebagai alat tukar.
Advertisement
Uang negara itu terabaikan, tak berguna, setelah hiperinflasi lebih dari 5 ribu persen -- menyebabkan alat tukar itu nyaris tidak ada nilainya.
Menurut Gubernur Bank Sentral Zimbabwe, John Mangudya, penggunaan banyak mata uang itu memicu tingkat deflasi -2.3%.
"Kami mulai menggunakan banyak mata uang untuk menstabilkan keuangan dan inflasi pun menurun hingga 0 persen dan itu merupakan sebuah keajaiban," kata Mangudya.
Sebelum menggunakan banyak mata uang, Zimbabwe mempunyai pecahan uang kertas Z$ 100 triliun dan Z$ 1 triliun. Uang kertas tersebut bisa ditukarkan ke dolar Amerika Serikat sebelum April 2016.
Namun, meski angkanya fantastis, nominal Z$ 100 triliun dan Z $1 triliun hanya bernilai kurang dari US$1.
Ketika inflasi mencapai 230 juta persen pada tahun 2009, Bank Negara Zimbabwe -- yang terkenal dengan ketidakmampuannya menahan meroketnya hiperinflasi -- menyatakan US dolar sebagai mata uang resmi negara mereka.
"Keadaannya sangat membuat trauma, kami tidak mempunyai senjata untuk melawan krisis ekonomi," kata Mangudya.
Walupun begitu, negara yang terkenal dengan lahan pertanian yang subur itu tetap melakukan pencetakan uang. Harganya berubah setiap menit, mengakibatkan perubahan fluktuasi sebagai salah satu efek hiperinflasi.
"Sangat mengerikan, kau harus membayar dulu kopi yang dibeli sebelum meminumnya, agar harganya tidak naik tiba-tiba," kata seorang pebisnis, Shingi Minyeza.
Dolar adalah raja
Pada saat ini, dolar AS adalah mata uang yang digunakan di Zimbabwe, tapi mata uang lain juga diterima.
"Kami menerima mata uang lain juga. Jika impor dan ekspor dari Afrika Selatan, bisa menggunakan rand, jika mengimpor dari China, bisa menggunakan yuan. Dolar AS adalah mata uang cadangan kami," kata John.
Tampaknya, Zimbabwe belum berencana untuk memperkenalkan mata uangnya sendiri. Untuk saat ini, negara itu mempunyai uang logam yang disebut bonds.
Masing-masing bonds bisa disamakan dengan koin dolar. Menurut laporan, uang logam tersebut tersebar di seluruh daerah dengan nilai sekitar US$ 13 juta.
Belakangan ini, bank Zimbabwe mulai mencetak uang kertas bond, yang nilainya disetarakan dengan olar Amerika Serikat hingga US$ 20.