Liputan6.com, Kolombo - Empat gajah termasuk dua anaknya yang malang mati tersambar petir di utara Sri Lanka. Pihak berwenang mengatakan, peristiwa itu menjadi salah satu tragedi terburuk yang menimpa satwa liar di negara itu dalam beberapa tahun.
"Seekor gajah betina, berusia sekitar 25 tahun, dan dua anaknya -- berusia 10 bulan dan dua tahun, dan betina delapan tahun ditemukan tewas hari ini di luar suaka margasatwa Wilpattu, Sri Lanka," kata seorang pejabat seperti dikutip dari NDTV, Senin (9/5/2016).
Baca Juga
"Penduduk desa dari daerah tetangga memberitahu pihak berwenang dan kami melakukan otopsi," kata dokter hewan satwa liar, Chandana Jayasinghe. "Kematian itu disebabkan oleh petir."
Advertisement
Baca Juga
Penduduk desa setempat di Mahavilachchiya, 250 kilometer (156 mil) utara dari Colombo melaporkan sebelumnya terjadi hujan deras disertai guntur dan petir di wilayah hutan semak. Saat itulah pada Jumat 6 April lalu, gajah-gajah tersebut diduga tersambar geledek.
Itu adalah bencana alam terburuk yang melibatkan gajah sejak Februari, Â ketika 4 bayi gajah tenggelam dalam banjir besar di timur laut negara itu.
Gajah dihormati di negara mayoritas beragama Buddha dan mereka adalah spesies yang sangat dilindungi. Kematian binatang itu harus diselidiki dan sertifikat kematian harus dikeluarkan sebelum membuang bangkai.
Undang-undang konservasi di sana begitu kuat, karena gajah erat terkait dengan umat Buddha.
Kendati demikian, hampir 200 gajah dibunuh setiap tahun oleh warga desa akibat hewan jumbo itu tersesat ke lahan pertanian. Sedangkan binatang itu sendiri membunuh sekitar 50 orang setiap tahun.
Populasi gajah Sri Lanka dilaporkan berkurang dan hanya tinggal sekitar 7.000. Menurut sensus lima tahun yang lalu, jumlahnya turun lebih dari 12.000 sejak awal Abad ke-20.