Liputan6.com, Lak Hok - Pada Minggu lalu, Universitas Rangsit membatalkan ujian masuk ke Fakultas Kedokteran dan dua fakultas lainnya setelah memergoki 3 orang mahasiswa berbuat curang dengan menggunakan gawai teknologi tinggi pemberian suatu geng.
Melalui pengumuman di situs web resmi, RSU mengatkan bahwa lebih dari 3.000 siswa yang mengikuti ujian masuk Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Farmasi yang berlangsung pada Sabtu dan Minggu lalu harus mengulang ujian pada 31 Mei dan 1 Juni tanpa biaya tambahan.
Baca Juga
Baca Juga
Pengumuman itu menyebutkan "kecurangan yang dilakukan oleh sindikat terorganisasi dengan baik dan penggunaan gawai elektronik" selama ujian tanggal 7 dan 8 lalu sebagai alasan pembatalan.
Advertisement
Nares Pantaratorn, wakil presiden Urusan Akademik di RSU mengatakan kepada Bangkok Post bahwa masing-masing pelaku kecurangan itu mengenakan "jam pintar" yang diberikan oleh lembaga bimbingan swasta yang terletak di dekat kampus untuk menerima jawaban dari sebuah sindikat.
Dikutip dari Bangkok Post pada Rabu (11/5/2016), geng itu mengirimkan tiga pesuruh yang masing-masing mengenakan kacamata dengan kamera video tersembunyi untuk mengikuti ujian. Mereka menggunakan kacamata itu untuk merekam pertanyaan-pertanyaan dan kemudian meninggalkan ruangan setelah 45 menit, yaitu waktu minimum bagi peserta ujian untuk menyelesaikannya dan keluar ruangan.
Para pesuruh ini kemudian mengunduh rekaman video ke laptop mereka dan mengirim surel ke lembaga bimbingan. Di sana ada tim yang mempersiapkan jawaban yang kemudian dikirimkan kepada para siswa yang mengenakan jam pintar.
Arthit Ourairat, rektor Universitas Rangsit, pada Minggu lalu mengunggah ke Facebook sejumlah foto gawai yang dipergunakan dalam kecurangan. Foto-foto itu telah dibagikan secara meluas melalui media sosial Thailand karena cara curang seperti ini belum pernah ada sebelumnya.
Kecurangan ini diketahui setelah seorang pegawai universitas mencurigai saat 3 orang pesuruh itu meninggalkan ruang pada waktu bersamaan, tepat setelah waktu minimum 45 menit tersebut. Nama-nama orang dan lembaga itu tidak disebutkan.
Nares mengatakan bahwa 3 orang itu mengaku dibayar 6.000 baht atau Rp 2,3 juta per orang untuk melakukan kecurangan. Pihak universitas telah mengajukan pengaduan resmi ke polisi. Ia juga mengatakan bahwa hanya 1 orang calon mahasiswa pelaku kecurangan yang mengaku.
Menurut siswa itu, ia membayar 50 ribu baht atau Rp 18,9 juta sebagai uang muka kepada geng itu dan mendapat sebuah jam pintar. Ia diharuskan membayar 800 ribu baht (Rp 302 juta) lagi jika geng itu berhasil membantunya lulus ujian.
Siswa itu mengatakan bahwa ia mendatangi lembaga yang dimaksud setelah membaca iklan yang menjamin kelulusan 100% dalam ujian masuk fakultas-fakultas berbau kedokteran di RSU.
"Kami mencoba membujuk dua orang siswa lagi untuk mengaku supaya memberi kami informasi agar kami bisa mengambil langkah hukum setegas mungkin terhadap lembaga bimbingan itu," kata Nares.
"Hal ini merupakan tindakan yang tidak dapat diterima di lingkungan akademik. Kami akan mengajukan gugatan perdata dan pidana karena ada banyak siswa yang sudah membayar uang dalam jumlah besar untuk mengikuti ujian tanggal 7 dan 8 Mei lalu," katanya.
Ia menambahkan bahwa, di masa depan, pihak universitas hanya akan mengijinkan siswa peserta ujian untuk membawa pensil ke dalam ruangan dan kacamata akan diperiksa dengan teliti.