Liputan6.com, Jakarta - George VI dan istrinya, Lady Elizabeth, dimahkotai sebagai Raja dan Ratu Inggris sebagai bagian dari upacara penobatan yang dilaksanakan di Westminster Abbey, London, pada 12 Mei 1937.
George VI, yang menuntut ilmu di Dartmouth Naval College dan pernah bergabung dengan tentara Inggris pada Perang Dunia I, sebenarnya tak secara mutlak mendapat takhta sebagai raja.
Posisi itu diperolehnya karena sang kakak Edward VIII, yang mestinya menjabat sebagai Raja Inggris, lebih memilih menikahi janda keturunan Amerika bernama Wallis Simpson.
Advertisement
Berbagai kritikan atas sikap yang diambil oleh Edward VIII pun mencuat. Namun, ia tak menyerah.
Edward VIII mengajukan perkawinan morganatic -- yang mengizinkan ia menikahi Simpson, namun istrinya tak bakal jadi ratu. Perdana Menteri menolaknya. Hingga akhirnya Edward VIII mundur -- sebuah momentum yang dianggap kemenangan konstitusi.
Baca Juga
Sepucuk surat ditulis Edward VIII pada 10 Desember 1936. Kurang dari setahun dimahkotai sebagai Raja Inggris, ia memutuskan untuk turun takhta demi seorang wanita janda.
"Saya, Edward VIII, Raja Inggris...dengan ini menyatakan keputusan saya yang tak bisa dibatalkan, untuk meninggalkan takhta untuk diri saya sendiri dan juga untuk anak keturunan saya," tulisnya.
Ia menandatangani surat penyerahan takhtanya, Kamis pagi 10 Desember 1936, di depan saudara-saudaranya dan para pengacara.
Karena tindakan kontroversial yang diambil oleh kakaknya, George VI akhirnya secara resmi dinobatkan sebagai Raja Inggris pada 12 Mei 1937.
George VI dikenal sebagai raja yang gagap. Ia menderita kesulitan berbicara sejak umur 5 tahun.
Sebenarnya sebelum menjadi raja, ayah dari Ratu Elizabeth II dan Margaret itu sudah mencoba menjalani pengobatan untuk menyembuhkan penyakit gagapnya. Istri George VI, Elizabeth, sangat mendukung terapi yang dilakukan suaminya.
Setelah dinobatkan sebagai raja, George pun mendapat tantangan baru. Selain harus memutuskan perang melawan Jerman, ia juga harus menyiapkan pidato pertamanya sebagai raja. Padahal, penyakit gagap itu belum sembuh total.
Kisah perjuangan George VI untuk mengobati penyakit gagapnya yang menginspirasi tersebut, diangkat ke dalam sebuah film yang berjudul 'The King's Speech' pada tahun 2010.
Pada 1939, Raja George VI menjadi anggota kerajaan Inggris pertama yang mengunjungi Amerika dan Kanada. Selama Perang Dunia II, ia bekerja untuk menjaga semangat rakyat Inggris dengan mengunjungi daerah yang dibom dan melakukan perjalanan ke zona-zona perang.
Seperti yang dilansir dari History.com, George dan Elizabeth pun tetap berada di Istana Buckingham ketika bangunan tersebut rusak akibat bom selama perang. Padahal, mereka dapat pindah ke daerah aman di pedesaan.
Raja Inggris itu juga menyampaikan serangkaian pidato untuk meningkatkan semangat rakyat Inggris melalui siaran radio, di mana ia bisa mengatasi penyakit gagapnya.
Setelah Perang Dunia II usai pada 2 September 1945, keluarga kerajaan berkunjung ke Afrika Selatan. Namun, rencana kunjungan ke Australia dan New Zealand harus ditunda tanpa batas waktu karena Raja George VI jatuh sakit pada 1949.
Walaupun sakit, ia terus melakukan tugas negara hingga mangkat pada tahun 1952. Jabatannya sebagai Raja Inggris digantikan oleh putri sulungnya, Ratu Elizabeth II, pada Juni 1953 yang masih menjabat hingga sekarang.