Sukses

'Hadiah dari Surga' bagi Pasangan yang Kehilangan 3 Anak di MH17

Pasangan Marite 'Rin' Norris dan Anthony Maslin kehilangan 3 buah hati mereka dalam tragedi kecelakaan MH17 di langit Ukraina.

Liputan6.com, Canberra - Kecelakaan pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH17 pada Kamis 17 Juli 2014 menghancurkan hati pasangan Marite 'Rin' Norris dan Anthony Maslin.

Ketiga buah hati mereka, Mo, Evie, dan Otis Maslin -- yang saat itu bersama kakek mereka Nick Norris -- ada di dalam pesawat yang ditembak jatuh di langit Ukraina.

Namun, kebahagiaan kembali dihadirkan bagi pasangan tersebut. Mereka kembali dianugerahi seorang anak.

Bayi perempuan yang diberi nama Violet May itu lahir pada Selasa 10 Mei 2016.

Bayi perempuan yang diberi nama Violet May lahir pada Selasa 10 Mei 2016 (Australia's Department of Foreign Affairs)


"Ia memberikan kepada kami cinta, seberkas cahaya, harapan dan kegembiraan," demikian pernyataan keluara Maslin yang dirilis Kementerian Luar Negeri Australia, seperti dikutip dari CNN, Jumat (13/5/2016).

Kehadiran Violet menjadi obat bagi jiwa yang berduka. "Hati kami merasa terkoyak ketika MH17 meledak di langit."

Pasangan Maslin percaya, bayi cantik itu adalah 'hadiah dari surga' -- dari anak-anak yang lebih dulu berpulang.


"Kami yakin, Mo Sabtu pekan ini berulang tahun ke-14, Evie, yang minggu depan genap 12 tahun, Otis yang bulan depan berusia 10 tahun, dan Kakek Nick telah mengirimkan hadiah yang luar biasa. Kelahiran Violet menjadi bukti dari keyakinan kami, bahwa cinta lebih kuat dari kebencian."

Meski masih berduka dan belum bisa mengenyahkan pikiran dari tragedi MH17, pasangan tersebut merasa, "Namun, Violet, dan keyakinan bahwa anak-anak akan selalu bersama kami, menjadi seberkas cahaya dalam kegelapan."

"Kami akan selalu mencintai keempat anak kami. Violet membawa harapan dan sukacita bagi kami. Kami berharap dia membawa harapan dan sukacita bagi semua orang."

Pasangan Marite 'Rin' Norris dan Anthony Maslin kehilangan 3 buah hati mereka dalam tragedi MH17 (Facebook)


MH17 sedang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur saat menemui nasib nahas. Sebanyak 298 orang di dalamnya meninggal dunia.

Dalam laporan tentang insiden MH17 yang dirilis Oktober 2015 lalu, penyelidik Belanda menemukan bahwa pesawat itu jatuh setelah hulu ledak rudal meledak di luar kokpit.

Sejumlah negara Barat dan Pemerintah Ukraina menuding separatis pro-Rusia menembak jatuh burung besi itu dengan rudal.

Sebaliknya, pihak pemberontak dan Pemerintah Rusia menolak tudingan itu. Mereka balik menuduh militer Ukraina telah menembak jatuh MH17, dengan rudal darat ke udara atau dengan jet tempur.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyampaikan tekad untuk menuntaskan kasus tersebut. "Kita harus melakukan yang terbaik sehingga pelakunya tidak akan bisa menghindar dari hukuman," kata dia.

Keadilan belum didapat para korban.