Sukses

Ini Penampakan Letusan Gunung yang Hanya Dilihat Satelit NASA

Gunung Sourabaya meletus dua kali, namun tak ada satu orang pun yang menyaksikan kejadian itu. Mengapa bisa terjadi?

Liputan6.com, Bristol Island - Untuk pertama kalinya setelah 60 tahun, Gunung Sourabaya meletus dan mengeluarkan lava pijar. Tak hanya sekali, gunung tersebut erupsi sebanyak dua kali.

Namun tak ada satu orang pun yang melihat kejadian tersebut secara langsung. Mengapa?

Gunung Sourabaya terletak di pulau terpencil tak berpenghuni di Samudra Atlantik bagian selatan. Satu-satunya yang berhasil mengabadikan peristiwa tersebut adalah satelit milik NASA.

Dikutip dari LiveScience, Sabtu (14/52016), NASA mengatakan gunung itu meletus dua kali, yakni pada 24 April dan 1 Mei 2016.

"Erupsi gunung berapi di tempat jauh, seperti Samudra Atlantik, biasanya memang tak diketahui. Namun satelit dan pemantauan seismik telah memberi ilmuwan wawasan baru mengenai peristiwa vulkanik di seluruh dunia," ujar pejabat NASA.

"Saat ini, para ilmuwan dapat mengambil jejak peristiwa yang berlokasi jauh dari pengamatan manusia," ujar NASA Earth Observatory dalam sebuah pernyataan.

Itulah yang terjadi ketika Sourabaya meletus. Gunung berapi tersebut terletak di Bristol Island, salah satu pulau terbesar di gugusan pulau South Sandwich.

Kepulauan tersebut terletak sekitar 2.776 kilometer di tenggara Buenos Aires, Argentina.

Gunung dengan ketinggian 1.100 meter itu, tergolong ke dalam stratovolkano atau dikenal sebagai gunung berapi kerucut yang tersusun atas material volkanik, termasuk lava dan abu.

Menurut NASA, biasanya Gunung Sourabaya tertutup oleh es dan salju. Inilah yang menjadi alasan mengapa tak ada orang yang tinggal di sana.

Operational Land Imager pada satelit Landsat 8 menumpuk dua gambar false-color ketika Gunung Sourabaya erupsi.

Erupsi Gunung Sourabaya yang berhasil diabadikan satelit NASA (NASA Earth Observatory/Jesse Allen)

Kedua gambar tersebut kemudian disusun dari kombinasi gelombang pendek inframerah, inframerah-dekat, serta cahaya merah, yang dapat mendeteksi gradien panas.

Berdasarkan keterangan NASA, bagian terpanas dari gunung berapi ditunjukkan dengan warna merah. Sementara oranye terang, kemungkinan menunjukkan lava panas.

Warna putih menunjukkan abu dan bagian berwarna biru-hijau terang menandakan es yang menutupi gunung Sourabaya.

Sourabaya yang sempat menjadi gunung yang paling jarang dipelajari di dunia ini diketahui  pernah meletus pada 1957.