Liputan6.com, Beijing - Media pemerintah China akhirnya buka suara di peringatan 50 tahun Revolusi Budaya. Hal itu mereka ungkapkan dalam komentar di harian People's Daily, corong dari Partai Komunis.
Pergerakan itu dimulai pada 16 Mei 1966 dan membuat negara Tirai Bambu porak poranda dan banyak pertumpahan darah selama 10 tahun. Namun, selama itu tak pernah dihiraukan oleh media resmi negara itu.
Namun, sebuah komentar akhirnya menjawab bungkamnya media resmi pemerintah. Dimuat pada Senin 16 Mei 2016 malam, mengatakan Revolusi Budaya yang mellibatkan pasukan merah Ketua Mao Zedong adalah kesalahan serta menyebabkan kerusakan yang serius dan komprehensif.
Advertisement
Baca Juga
"Sejarah membuktikan kalau Revolusi Budaya adalah salah, baik secara teori maupun praktik. Itu sama sekali dan tidak akan pernah menjadi revolusi atau perubahan sosial," tulis People's Daily seperti dilansir dari CNN, Rabu (18/5/2016).
Media Tiongkok yang lain, Global Times juga mengeluarkan pendapat yang sama.
"Kita harus berkata 'selamat tinggal' kepada Revolusi Budaya. Dan boleh kami sampaikan lagi hari ini Revolusi Budaya tidak akan pernah terulang kembali. Revolusi Budaya tidak memiliki tempat di China masa kini," tulis media itu.
Revolusi Kebudayaan dicetuskan oleh Mao yang saat itu merasa banyak pejabat pemerintahan meninggalkan ajaran komunis. Mao lantas membentuk tentara merah untuk menyemangati warganya yang tak lagi memiliki semangat komunisme.
Namun, yang terjadi adalah bentrokan antar pendukung Mao dan mereka yang dianggap anti-komunis.
People's Daily menuliskan China harus belajar dari kehancuran yang disebabkan oleh Revolusi Budaya.
"Kita tak boleh lupa untuk mengambil pelajaran dari Revolusi Budaya. Jangan sampai kebrutalan masa itu terulang lagi," tulis People's Daily.