Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata kerap kali menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi menambah pemasukan bagi negara di satu lain kerusakan alam yang terjadi akibat banyak dijamah oleh para wisatawan. Tak sedikit dari mereka melakukan vandalisme di tempat-tempat wisata itu.
Hal itu yang membuat Thailand memutuskan untuk menutup pulau terindah Koh Tachai karena terlalu banyak menampung banyak turis. Pulau primitif itu seharusnya hanya bisa menampung 70 orang tapi kenyataannya menampung lebih dari 1.000 orang per hari. Belum lagi kios makan dan kapal-kapal turis.
Baca Juga
Â
Advertisement
Baca Juga
Keputusan menutup Pulau Koh Tachai sangat mendesak agar alam bisa memulihkan kondisinya kembali.
Rupanya, Koh Tachai bukan satu-satunya 'surga dunia' yang mendesak untuk ditutup. Ada banyak pulau-pulau lain di penjuru bumi yang seharusnya ditutup untuk tujuan wisata demi lingkungan dan ekosistem sekitarnya.
Berikut 5 'surga dunia' yang sebenarnya sudah merana membutuhkan perhatian lebih untuk memulihkan kondisi alamnya. Bali termasuk di antaranya, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Rabu (18/5/2016).
Thailand hingga Indonesia
Pulau Phi Phi, Thailand
Semenjak jadi lokasi film The Beach, surga tropis itu sontak menjadi destinasi wisata yang paling diminati. Ledakan turis pun tak mampu lagi dikontrol oleh pemerintah setempat.
Menurut Badan Pariwasata Thailand, Koh Phi Phi dan pulau-pulau sekitarnya menampung 1,4 juta turis per tahun. Terumbu karang banyak yang hancur akibat jangkar kapal dan para penyelam. Belum lagi ekosistem laut rusak akibat polusi dari perahu motor dan buang sampah sembarangan ke laut.
Pulau Cozumel, Meksiko
Terkenal dengan pantai-pantainya yang indah serta terumbu tropis, Pulau Cozumel berada di perairan Meksiko. Awalnya ia adalah pulau perawan yang tenang sampai sebuah pelabuhan dibangun untuk kapal pesiar.
Hingga hari ini, pulau itu merupakan lokasi populer ke dua di dunia bagi perhentian kapal pesiar.
Terumbu yang rapuh terancam oleh polusi. Sementara kapal-kapal yang berlabuh membuat air lebih hangat sehingga dapat merusak koral.
Bali, Indonesia
Pulau Bali kini terancam peningkatan deforestasi. Hal itu terjadi karena pertumbuhan industri pariwisata dan meledaknya populasi penduduk Pulau Dewata itu.
Pertumbuhan turis tak sejalan dengan infrastruktur akibatnya tumpukan sampah berada di mana-mana di pantai-pantai Bali.
Hewan dan tanaman pendatang juga mengancam ekosistem asli pulau itu.
Advertisement
Ekuador dan Puncak Gunung Everest
Pulau Galapagos, Ekuador
Meski bukan tempat yang dikunjungi oleh rombongan turis, namun tak sedikit wisatawan datang di kepulauan untuk melihat pengalaman unik biodiversiti ekosistem pulau itu.
Namun, penghuni pulau tersebut sangat sensitif terhadap kebisingan turis 'ilmuan' itu. Belum lagi mereka kerap membawa hewan peliharaan datang ke situ.
Akibatnya, kepulauan Galapagos kini berada di daftar cagar alam yang dilindungi di bawah UNESCO.
Gunung Everest
Semenjak Edmund Hillary dan Tenzing Norgay mencapai puncak Gunung Everest pada 1953, puluhan ribu pendaki mengikuti jejak mereka. Dan lebih dari 7.000 di antara mereka mencapai puncak gunung itu.
Akibatnya, banyak sekali dampak bagi kawasan yang rapuh ini.
Para pendaki biasanya membawa peralatan, makanan, plastik, alumunium, kaleng gelas, tenda dan sebagainya. Beberapa di antara mereka dengan sembrono atau sengaja meninggalkan barang bawaannya.
Namun, yang paling jadi masalah adalah sanitasi. Tiap tahun 11.000 kilo feses harus dibersihkan. Itupun masih banyak yang tak terbawa. Bisa dibayangkan... seperti apa kotornya gunung tersebut.