Sukses

Pengakuan Tahanan yang Lolos dari Penjara 'Neraka' ISIS

Pria itu mengatakan, ISIS menggunakan berbagai macam alat dan benda untuk menyiksa tawanan mereka.

Liputan6.com, Raqqa - Setelah berhasil melarikan diri dari sekapan ISIS, seorang mantan tahanan akhirnya angkat bicara tentang kekejaman kelompk teroris itu.

Dikutip dari Daily Mail, Kamis (19/5/2016), pria yang tidak ingin namanya disebutkan itu mengatakan, dia berhasil kabur bersama 20 orang tahanan lainnya dari salah satu penjara ISIS di Tabaqa, Raqqa.

Mereka berhasil kabur dengan menggunakan logam bergerigi untuk membuat lubang pada dinding penjara tempat mereka disiksa.

Pria itu kemudian menceritakan, di dalam penjara dimana ia ditahan, setidaknya ada 40 tahanan wanita -- beberapa di antaranya bahkan dipenjara bersama anak mereka.

Dia juga mengatakan, tiga perempuan muda bahkan dijatuhi hukuman mati, karena dianggap 'murtad'.

"Mereka memiliki sebuah ruangan khusus yang di dalamnya disediakan 'Al-Balanko'-- sebuah pengait yang digunakan untuk menggantung tahanan hingga kaki mereka tidak bisa menyentuh tanah," kata pria itu.

Pria itu juga mengatakan, ISIS menggunakan berbagai macam alat dan benda untuk menyiksa tahanan mereka. Tahanan-tahanan itu ditangkap karena tidak mendukung mereka, memiliki senjata, dan melarang orang lain untuk menjadi pengikut mereka.

"Aku dijatuhi hukuman mati oleh hakim penjara. Mereka mengatakan, mayatku akan dipajang di jalan selama dua hari," kata dia.

Pria itu kemudian terlihat sedih saat menceritakan bagaimana anak-anak diperlakukan sama seperti orang dewasa. Mereka disiksa karena dianggap 'menghina Allah'.

"Mereka hanyalah anak kecil, tapi mereka disiksa layaknya orang dewasa," kata pria itu lirih.

Pria lainnya kemudian melanjutkan cerita rekannya.

Dia mengatakan, rumah sakit, sekolah, dan bangunan perkantoran yang diserang ISIS, dijadikan sebagai tempat menahan militer Irak dan polisi setempat.

"Orang yang berada di tempat tersebut adalah tawanan setelah ISIS berhasil menguasai Mosul dan Tikrit. Mereka diiming-imingi perlindungan dan keselamatan," kata dia.

Peneliti has asasi manusia yang mengamati kelompok sejak tahun 2015 menyaksikan dengan mata kepala sendiri, seperti apa 'horor' yang ditimbulkan kelompok teroris tersebut.

"Mereka mengeksekusi puluhan warga karena dicurigai sebagai mata-mata. Pria dicambuk karena merokok, dan ayah dipaksa menikahkan putrinya dengan militan ISIS," kata pria yang juga tidak ingin namanya disebutkan.