Sukses

2 Tragedi Pesawat 'Raib' di Laut Sebelum EgyptAir MS804

Selain pesawat EgyptAir MS804 yang hilang, ada beberapa maskapai lain yang juga mengalami kondisi serupa.

Liputan6.com, Jakarta - Tiga hari sudah nasib pesawat EgyptAir yang hilang tak kunjung diketahui, sejak raib dari radar pada Kamis 19 Mei 2016. Keberadaannya menjadi misteri, diduga kuat setelah terputus dari radar menara kontrol di darat, burung besi itu jatuh di Laut Mediterania -- sementara lainnya berspekulasi kapal terbang itu meledak di atas perairan tersebut.

Selain pesawat EgyptAir MS804 yang belakangan puing-puingnya ditemukan di laut, ada 2 maskapai lain yang juga mengalami kondisi serupa -- kecelakaan di atas perairan. Satu penerbangan berasal dari Tanah Air, lainnya dari Negeri Jiran.

Berikut ini uraian kecelakaan mirip EgyptAir MS804 -- 'raib' di atas laut -- yang Liputan6.com rangkum dan muat pada Sabtu (21/5/2016):

2 dari 3 halaman

AirAsia

1. AirAsia QZ8501

Minggu 28 Desember 2014 pagi, pesawat AirAsia QZ8501 yang diterbangkan Kapten Irianto menghilang tanpa jejak. Burung besi jenis Airbus A320-200 itu hilang ketika tengah mengudara dengan 162 orang di dalamnya yang mayoritas merupakan warga Indonesia.

Beberapa jam usai dikabarkan hilang, pesawat milik maskapai asal Malaysia itu diketahui jatuh ke laut usai terbang sekitar 1 jam dari Bandara Juanda, Jawa Timur menuju Bandara Changi, Singapura.

Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 awalnya dijadwalkan terbang dari Bandara Juanda pada pukul 07.30 WIB. Namun, tiba-tiba pihak maskapai memajukan waktu take off menjadi pukul 05.20 WIB.

Pihak maskapai sudah memberitahukan perubahan jadwal itu, lewat e-mail dan telepon pada 15 dan 26 Desember 2014.

Namun, pesawat yang seharusnya mendarat pukul 08.30 waktu setempat tak pernah tiba.

AirAsia QZ8501 dengan register PK-AXC pun dinyatakan DETRESFA atau resmi hilang pukul 07.55 WIB. Terakhir pilot Kapten Iriyanto berkomunikasi dengan pihak Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.18 WIB.

Sebelum putus kontak, ada 2 permintaan pilot kepada menara kontrol. Yakni, pilot meminta izin naik dari ketinggian 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki dan meminta sedikit belok ke kiri.

Permintaan berbelok kiri diizinkan. Namun, permintaan naik ke 38 ribu ditolak pihak ATC, sebab di atas jalur M365‎ yang dilalui AirAsia QZ8501 ada pesawat lain yang tengah terbang. Setelah permintaan itu, sang burung besi hilang dari radar dan putus komunikasi.

Kabar hilangnya AirAsia QZ8501 itu pun meluas ke mana-mana. Pencarian besar pun dilakukan oleh seluruh jajaran aparat--mulai dari Basarnas, TNI, dan Polri, serta armada dari sejumlah negara sahabat--sejak resmi dinyatakan hilang.

Tim gabungan itu pada awalnya menduga pesawat jatuh ke laut atau perairan antara Pulau Bangka dan Kalimantan. Perkiraannya, lokasi tersebut berjarak sekitar 4 jam dengan kapal dari Belitung Timur.

Namun, usai beberapa hari melakukan analisa, pihak tim gabungan memastikan, AirAsia QZ8501 jatuh di lokasi lost contact. Yakni di titik koordinat 03.22.46 Lintang Selatan dan 108.50.07 Bujur Timur.‎ Tepatnya di perairan Laut Jawa bagian utara dekat Selat Karimata.

Pencarian pun difokuskan ke titik koordinat tersebut. Lokasi pencariannya dibagi empat sektor prioritas, yakni Sektor I, II, III, dan IV. ‎Di luar itu ada sejumlah sektor lagi yang dipetakan.

Tepat pada Selasa 30 Desember 2014, tim gabungan mulai menemui titik terang. Mereka menemukan beberapa objek mengapung. Diduga bagian dari AirAsia QZ8501.

Sembilan personel TNI AU yang terbang menyisir menggunakan pesawat CN-295 dari Bandara Halim Perdanakusuma menemukan objek pertama yang ditengarai serpihan AirAsia QZ8501. Usai melaporkan temuan itu ke Posko Utama Pencarian dan Evakuasi di Pangakalan Bun, tim lain pun bergerak menuju lokasi dimaksud.

Benar. Ternyata serpihan yang ditemukan itu adalah emergency exit door. Segera serpihan itu dievakuasi dan dibawa ke Pangkalan Bun. Namun tak berselang lama, serpihan lain ditemukan di sekitar penemuan pintu keluar darurat tersebut.‎ Di antaranya aspirator assembly dan reservoir. Juga diduga adalah bagian dari pesawat AirAsia QZ8501.

Benda-benda tersebut berada di koordinat 03.50.112 Lintang Selatan dan 110.29 Bujur Timur atau di sebelah barat Teluk Kumai, Kalimantan Tengah.

Tak berselang lama, ditemukan objek lain yang mengapung. Sangat mengagetkan. Sebab, objek mengapung itu adalah sosok mirip jasad. Hanya menggunakan pakaian dalam.

Beberapa hari kemudian, satu per satu serpihan dan jasad penumpang berhasil ditemukan lalu dievakuasi. Usai diidentifikasi awal di Pangkalan Bun, jenazah-jenazah itu kemudian diterbangkan ke Posko Disaster Victim Identification (DVI) dan Crisis Center di Surabaya, untuk proses identifikasi lebih lanjut.

 Senin 12 Januari 2015 pagi, ‎tim penyelam gabungan dari TNI AL akhirnya berhasil menemukan dan mengangkat flight data recorder (FDR). FDR merupakan salah satu bagian dari yang disebut blakbox. Satu lagi adalah cockpit voice recorder (CVR).

Penemuan black box ini diawali dari deteksi pinger detector milik Kapal Navigasi Jadayat, Jumat 9 Januari 2015. FDR terdeteksi sekitar 1,7 mil laut dari lokasi ekor pesawat yang sebelumnya telah ditemukan.

Sehari berselang, gantian CVR ditemukan dan dievakuasi oleh tim penyelam gabungan dari TNI AL. Kotak itu ditemukan berada di bawah puing-puing yang tertutup pasir. Sama dengan FDR, penemuan CVR ini juga diawali dari sinyal ping yang terdeteksi.

3 dari 3 halaman

Malaysia Airlines

2. Malaysia Airlines MH370

8 Maret 2014, burung besi jenis Boeing 737-200ER yang dioperasikan maskapai pelat merah itu hilang saat dalam perjalanan dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, Tiongkok pada Sabtu 8 Maret 2014 pukul 00.41 waktu setempat. Pukul 01.21 kapal terbang itu dinyatakan menghilang.

Hingga kini tak ada satu pun jejak puing atau serpihan pesawat yang bisa memberi 'terang dalam gelap' misteri itu. Beragam teori konspirasi pun menyeruak, bahkan di luar nalar akal sehat.

Setidaknya ada 2 alasan mengapa pesawat itu belum juga ditemukan. Pertama, seperti dikutip USA Today, pesawat sulit itu terlacak. Hal ini lantaran sistem komunikasi MH370 dimatikan setelah pesawat itu diketahui putar balik.

Kedua kedalaman lautan. Meski tujuan akhir MH370 tak diketahui secara pasti, pemerintah Malaysia dan Australia meyakini Boeing 737-200ER itu terbang ke Samudera Hindia bagian selatan. Lautan Hindia dikenal dalam, sehingga sulit untuk menemukan benda yang tercebur di kawasan tersebut.

Malaysia sebagai pemilik maskapai itu pun memperingati tragedi MH370. Sejumlah keluarga dari 239 penumpang dan awak pesawat Malaysia Airlines hadir. Mereka mengikuti serangkaian acara peringatan setahun tragedi MH370 di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur.

Namun begitu, acara ini tak dianggap sebagai peringatan oleh para kerabat penumpang dan awak tersebut. Sebab banyak di antara mereka percaya bahwa orang yang mereka cintai masih hidup.

Burung besi jenis Boeing 737-200ER yang dioperasikan maskapai pelat merah negeri jiran itu hilang saat dalam perjalanan dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, Tiongkok pada Sabtu 8 Maret 2014 pukul 00.41 waktu setempat.

Pukul 01.21 kapal terbang itu dinyatakan raib. Tanpa meninggalkan jejak.