Sukses

Kurdi dan AS Bersekutu Usir ISIS dari Utara Raqqa

The Syrian Democratic Forces atau Pasukan Demokratik Suriah (SDF) diyakini telah mengerahkan sekitar 30.000 pasukannya untuk mengusir ISIS.

Liputan6.com, Raqqa - Sebuah aliansi AS yang didukung pasukan Kurdi dan Arab Suriah memulai kampanye untuk mengusir militan ISIS dari tanah di utara Raqqa.

The Syrian Democratic Forces atau Pasukan Demokratik Suriah (SDF) diyakini telah mengerahkan sekitar 30.000 pasukannya. Pesawat tempur koalisi pimpinan AS juga akan mendukung serangan ofensif tersebut, pun demikian dengan Rusia yang akan ikut serta.

Kendati demikian, SDF tidak menyebutkan rencana mereka untuk merebut kembali Raqqa, ibukota de facto 'kekhalifahan' yang diproklamasikan oleh ISIS pada 2014.

Aliansi, yang didominasi oleh milisi Kurdish Popular Protection Units (YPG), muncul sebagai sekutu utama koalisi pimpinan AS selama dua tahun terakhir -- menjadi memimpin perang melawan ISIS di Suriah utara.

Dengan bantuan kekuatan udara AS, mereka menguasai sekitar 26.000 km persegi (10.000 mil persegi) dari wilayah utara Suriah, termasuk 400 km (250 mil) membentang ke sepanjang perbatasan Turki.

Membebaskan Raqqa dari ISIS

Menurut kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, militan SDF terlihat bergerak ke selatan dari Tal Abyad dekat perbatasan Turki dengan Ain Issa -- sebuah kota sekitar 60 km (37 mil) barat laut dari Raqqa -- pada Selasa, 24 Mei.

"Bentrokan dilaporkan terjadi di dekatnya," tambah kelompok itu.

Komandan SDF Rojda Felat menulis di Twitter, bahwa tujuan dari serangan baru adalah untuk membebaskan Raqqa Utara dan menyelamatkan mereka yang hidup di bawah penindasan ISIS.

"Kampanye ini bertujuan untuk memukul mundur serangan teroris di Shaddadi, Tal Abyad dan Kobane, menjamin keamanan rakyat kita," jelas Felat.

Sebuah sumber SDF kepada kantor berita Kurdi, Rudaw, memaparkan bahwa para pejuangnya akan maju ke desa-desa Big Fatiseh, Small Fatiseh dan Tishi, untuk mengusir ISIS.

Koresponden BBC Timur Tengah, Quentin Sommerville mengatakan ISIS sudah bersiap melakukan serangan. Selain melakukan penempatan defensif di Raqqa, mereka telah membangun jaringan luas terowongan.

Seorang juru bicara koalisi yang dipimpin AS di Baghdad, Kolonel Steve Warren mengatakan, operasi SDF bertujuan untuk menekan Raqqa, tetapi tidak mengambil kota itu.

"Para pejuang SDF sejauh ini baru menemui sedikit perlawanan," imbuh Warren.

Aktivis kelompok anti-ISIS, Raqqa is Being Slaughtered Silently (RBSS), telah terjadi serangan udara pada kelompok itu di utara Raqqa hari Selasa 24 Mei, dan pertempuran sengit meletus di sekitar Desa Heisha.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov juga mengatakan bahwa Moskow siap untuk berkoordinasi dengan SDF dan AS untuk menyerang militan tersebut.

Pengumuman SDF diikuti pertemuan antara pejabat di aliansi dan seorang komandan tertinggi AS di Suriah utara pada Sabtu 28 Mei.

Gen Joseph Votel, kepala Komando Sentral AS, membuat perjalanan rahasia untuk memeriksa 200 personel militer AS yang memberikan saran kepada SDF di sana.

AS ingin meningkatkan jumlah pejuang Arab di SDF, yang saat ini terdiri dari setidaknya 25.000 orang Kurdi dan antara 5.000 dan 6.000 orang Arab, sebelum mencoba merebut kembali Raqqa.

Kolonel Warren mengatakan, sekitar 3.000 sampai 5.000 ISIS di Raqqa.

ISIS merebut Raqqa pada Agustus 2013, lima bulan setelah menjadi ibukota provinsi Suriah pertama yang jatuh ke pasukan pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Kelompok militan itu mendirikan markasnya di sana dan mulai memaksakan visi dari sebuah negara, menerapkan interpretasi yang ketat dari hukum Islam.