Liputan6.com, Stockholm - Seorang pengungsi Timur Tengah mencurahkan isi hati tentang namanya yang sering disalahartikan di Swedia, negara yang diharapkan dapat menampungnya.
Namanya mengundang sejumlah masalah di tengah masyarakat tempatnya berada sekarang.
Baca Juga
Dikutip dari The Local pada Kamis (26/5/2016), pria pengungsi bernama Jihad Eshmawi itu mengatakan bahwa ia bermaksud agar media Swedia menjadi lebih seimbang dalam pemberitaan tentang pengungsi, tapi siapakah yang akan mendengarkan seseorang bernama Jihad?Â
Advertisement
Baca Juga
Katanya, "Sekarang ini, jika orang meng-Google namaku, Jihad…paling-paling ia akan menemukan definisi-definisi misalnya 'pergumulan', 'perang suci', atau 'bom bunuh diri'."
Tentu saja hal itu tidak ideal. Kenyataannya, Jihad sudah sedemikian muaknya karena harus terus-menerus menerangkan asal muasal namanya, sehingga ia bahkan berpikir mencetak kartu penjelasan.
Mungkin kartu penjelasan begitu bisa berguna misalnya ketika ia kelupaan meninggalkan tasnya di dalam suatu bus di Gothenburg dan terdengar suara temannya memanggil-manggil namanya, "Jihad, Jihad, Jihad."
"Seorang wanita yang sedang berjalan bersama anaknya menjadi panik ketika mendengar nama itu dan warna mukanya berubah." Menurutnya, hal itu cukup mengundang frustrasi karena ia merasa masih ada hal-hal penting yang harus diperbincangkan.
Dari laman resmi MIG Talks, dinas migrasi Swedia, disebutkan bahwa Jihad Eshmawi (25) adalah warga Palestina yang menjadi pengungsi Suriah dan kemudian mengungsi lagi ke Swedia.
Ia adalah satu di antara 10 pembicara dalam suatu acara pada 23 April lalu dan melibatkan jurnalis untuk bicara soal pelaporan media tentang isu-isu migrasi.