Sukses

Anak-anak Ini Panjat Tebing Curam Setinggi 800 Meter demi Sekolah

Sejumlah anak di sebuah desa terpencil di China terpaksa menempuh rute berbahaya demi menuntut ilmu.

Liputan6.com, Beijing - Hanya ada satu cara bagi anak-anak di Desa Atuler, Provinsi Sichuan, China untuk berangkat dan pulang sekolah, yaitu dengan memanjat tebing setinggi 800 meter. Tindakan berbahaya itu terpaksa mereka lakukan tanpa peralatan keamanan.

Sejumlah foto yang menunjukkan perjuangan anak-anak di Desa Atuler itu beredar secara viral di dunia maya China setelah sepekan sebelumnya dimuat oleh sebuah surat kabar setempat.

 

Gambar-gambar itu diambil oleh Chen Jie, seorang fotografer pemenang penghargaan Beijing News. Chen Jie dikabarkan juga berhasil menang dalam ajang World Press Photo 2015 melalui foto ledakan Tianjin.

Anak-anak Desa Atuler terpaksa menempuh rute berbahaya (featurechina/theguardian)

Foto-foto milik Chen Jie memotret sejumlah anak yang memanggul ransel tengah mendaki tangga reyot di tebing curam. Beberapa dari anak itu kabarnya berusia 6 dan 15 tahun.

"Tak diragukan lagi saya terkejut dengan adegan yang saya lihat di hadapan saya," ujar Chen Jie melalui akun WeChat seperti dikutip The Guardian, Jumat (27/5/2016).

Chen Jie berharap, foto-fotonya itu dapat membantu mengubah 'realitas yang menyakitkan' di Desa Atuler.

Menanggapi beredarnya foto-foto ini, pihak berwenang di barat daya Tiongkok berjanji akan memberikan bantuan pada desa terpencil yang terletak di pegunungan itu.

Perjalanan berbahaya anak-anak di Desa Atuler demi menuntut ilmu (featurechina/theguardian)

Sekretaris Partai Komunis di wilayah itu mengatakan sebuah tangga baja akan dibangun untuk menghubungkan desa terpencil itu dengan dunia luar.

Ketua komunitas yang beranggotakan 72 anggota, Api Jiti mengatakan kepada media pemerintah, bahwa di puncak gunung telah terdapat sebuah sekolah yang cukup layak bagi anak-anak setempat. Namun bahayanya sangat jelas.

"Tujuh atau delapan penduduk desa tewas dalam upaya memanjat tebing setelah cengkeraman mereka lepas, sementara banyak juga yang terluka," jelas Api Jiti.

Seiring dengan mulai terbukanya ekonomi China pada 1980-an, sekitar 680 juta warga negara itu telah mengalami peningkatan taraf hidup. Beberapa di antara mereka bahkan tercatat sebagai orang kaya baru di Negeri Panda itu.

Namun masih banyak juga warga yang hidup di garis kemiskinan, khususnya yang tinggal di wilayah pedesaan. Seperti di Atuler misalnya, di mana warga di desa itu dilaporkan hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 1 atau setara dengan Rp 13.570.

Anak-anak di Desa Atuler memanjat tebing curam demi ke sekolah (featurechina/theguardian)

Tak hanya di China, namun sejumlah daerah di Indonesia juga pernah mendapat sorotan media asing terkait dengan rute sekolah berbahaya yang harus ditempuh para siswa-siswi. Daerah pertama yang menjadi sorotan adalah Desa Sanghiang di Lebak, Banten.

Media Inggris, Daily Mail pada Januari 2012 pernah memuat laporan, anak-anak sekolah terpaksa menyeberangi sebuah jembatan rusak di desa itu untuk bisa sampai ke sekolah. Aksi anak-anak sekolah yang menyeberangi jembatan gantung itu disebut mirip sebuah adegan dalam film Indiana Jones.  

Adegan mirip Indiana Jones juga terjadi untuk kedua kalinya di Desa Sumua Bana, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Media Inggris The Sun, bahkan menulis 'Is this the most dangerous school run in the world?' sebagai tajuk beritanya.