Liputan6.com, Roma - Bayi itu ada dalam gendongan petugas penyelamat. Jemari tangan kirinya terkepal, mulut sedikit terbuka, dan mata yang terpejam. Wajahnya sungguh tenang, seakan sedang tertidur lelap.
Sesungguhnya, bayi berusia setahun itu sudah tak lagi bernyawa. Ia meninggal dunia setelah kapal kayu yang membawa para imigran tenggelam pada Jumat 27 Mei 2016.Â
Kapal bobrok yang sarat pengungsi itu bertolak dari Libya, dekat Sabratha, Kamis malam.
Bayi itu dan 44 jasad imigran dibawa ke Pelabuhan Reggio Calabria yang terletak di Italia selatan.
Organisasi kemanusiaan Jerman, Sea Watch, yang mengoperasikan perahu penyelamat di laut yang terletak di antara Libya dan Italia, sengaja menyebarkan foto sang bayi malang. Tujuannya, untuk membuka mata para petinggi Eropa, agar mengulurkan tangan membantu krisis pengungsi.
Baca Juga
Baca Juga
Melalui surat elektronik (email), seorang petugas penyelamat mengaku menemukan bayi itu mengambang di laut.
"Seperti boneka dengan lengan terentang," kata petugas bernama Martin, yang menolak menyebut nama keluarganya, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (31/5/2016).
"Aku memegang lengan bayi itu, dan menarik tubuhnya yang ringan ke pelukanku, seakan-akan ia masih hidup... Tangannya terangkat, dengan jemarinya yang kecil. Matahari bersinar lembut ke arahnya, namun tak menggerakkan mata itu."
Petugas penyelamat itu adalah ayah 3 anak dan berprofesi sebagai terapis dengan perantara musik.
"Saya kemudian bernyanyi untuk menghibur diri, agar tak larut dalam momentum menyayat hati itu. Bayangkan, hanya enam jam yang lalu anak ini masih hidup..."
Identitas bayi tersebut belum diketahui, Sea-Watch segera menyerahkan jasadnya ke Angkatan Laut Italia.
Para petugas penyelamat juga belum bisa mengonfirmasi apakah itu bayi perempuan atau laki-laki. Juga tak diketahui nasib kedua orangtuanya.
Advertisement
Â
Foto bayi tersebut mengingatkan pada kejadian serupa yang menimpa bocah 3 tahun asal Suriah,
Aylan Kurdi. Jasadnya yang terbaring di pantai Turki tahun lalu. Wajahnya yang tenang menunjukkan, ia seakan-akan sedang tidur.
Aylan menjadi simbol yang mewakili lebih dari 8.000 pengungsi yang tewas di Laut Mediterania sejak gelombang pengungsian mulai terjadi pada 2014.
Sea-Watch juga mengangkat 25 jasad manusia dari lautan, termasuk anak-anak lainnya.
"Di tengah bencana mengerikan ini, organisasi di lapangan meminta para politisi Uni Eropa untuk menghindari kematian lebih lanjut di laut, untuk tidak memberikan sekedar lip service," demikian pernyataan Sea-Watch.
"Jika kita tidak ingin melihat foto seperti itu, kita harus menghentikan penyebab hal itu."
Sea-Watch menyerukan agar pemimpin Eropa untuk memungkinkan para migran masuk secara aman dan legal, sebagai cara menghentikan penyelundupan manusia dan tragedi lebih lanjut.
Setidaknya 700Â pengungsi dilaporkan tewas di lautan, dalam upaya menyeberang dari Libya ke Italia. Demikian disampaikan lembaga UN Refugee. Korban sebanyak itu jatuh hanya dalam 3 hari.