Liputan6.com, Dobrinja - Sebanyak 11 orang meninggal, 4 di antaranya anak-anak, dan 100 lainnya mengalami luka-luka setelah pasukan Serbia menembakkan artileri ke dalam sebuah pertandingan sepak bola di Bosnia yang dilaksanakan di pinggiran kota Sarajevo, Dobrinja.
Ratusan pria, wanita, dan anak-anak sedang menonton pertandingan tersebut ketika bahan peledak pertama mendarat di lapangan. Ledakan kedua terjadi beberapa menit kemudian dan melukai beberapa orang, termasuk mereka yang bermaksud untuk menolong korban.
Baca Juga
"Hari ini kami mengalami peristiwa yang sangat buruk, banyak pasien, masyarakat, dan anak-anak terluka," ujar dokter bedah Sarajevo, Dr Mufid Lazovic.
Advertisement
Walaupun daerah tersebut sering menjadi target untuk meluncurkan serangan, para penduduk percaya bahwa blok tinggi di sekitar lapangan akan cukup untuk melindungi mereka dari serangan Serbia.
Akibat perisitiwa tersebut, banyak dari mereka yang percaya bahwa permainan sepak bola itu sengaja dijadikan target serangan.
Baca Juga
Serangan tersebut terjadi di dalam salah satu festival muslim yang paling penting pada tahun itu dan bertempat di lokasi yang seharusnya masuk ke daerah aman PBB.
Namun Presiden Bosnia, Alija Izetbegovic, beserta aparat pemerintahnya menganggap bahwa lokasi tersebut hanyalah perangkap kematian.
Atas pernyataan itu Cedric Thronberry dari United Nations Protection Force (UNPROFOR) -- kekuatan penjaga perdamaian pertama di Kroasia dan di Bosnia-Herzegovina selama Perang Yugoslavia -- membela konsep daerah aman.
"Kesulitan yang kita hadapi tak hanya pertanyaan kerjasama dari beberapa pihak, tapi fakta bahwa kita sangat rentan di lapangan dan pemerintah pada titik ini tak memberikan kami lebih banyak pasukan,"
Menteri Luar Negeri Inggris, Douglas Hurd, berkata bahwa ia berharap terdapat resolusi dewan keamanan PBB mengenai area aman di Bosnia dalam waktu dekat.
Pada tahun 2001 di tanggal yang sama, terjadi peristiwa pembantaian di keluarga kerjaan Nepal. Putra Mahkota Dipendra Bir Bikram Shah Dev membantai anggota keluarganya sendiri dalam kondisi mabuk.
Selain itu, pada tahun 1970 di tanggal yang sama, Perdana Menteri Inggris Harold Wilson terkena lemparan telur oleh seorang demonstran muda.Â