Sukses

Mengintip Kampung Uighur di Yili, Xinjiang

Kampung Uighur di Yili menjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi bagi mereka ingin mengenal budaya etnis tersebut.

Liputan6.com, Yili - Rumah-rumah berpagar tembok dan berpintu kayu berwarna biru putih nan seragam, menyambut Liputan6.com dan wartawan berbagai negara tiba di salah satu tempat tinggal.

Menuju tempat tersebut, Liputan6.com bersama wartawan lain menggunakan kereta kuda. Binatang tersebut merupakan hewan utama di Xinjiang yang juga dipakai sebagai sarana transportasi sehari-hari, namun di masa kini jarang digunakan lagi.

Ada sedikit berbeda dengan kereta kuda di Indonesia. Kami, di Xinjiang, duduk di hamparan kayu menyamping dengan kaki menjuntai ke bawah.

Sesampai di sebuah rumah, dari luar, bangunan itu memiliki pagar tembok tinggi dan pintu kayu. Ketika masuk ke pekarangannya, kami disambut dengan halaman beratap pohon anggur.

"Ini rumah khas etnis Uighur. Memiliki pekarangan yang biasanya ditanami anggur. Rumahnya berbentuk L, punya beranda. Di halaman ada semacam saung, untuk menyambut tamu. Dapur mereka terletak di luar dekat saung ini," kata kepala rombongan sekaligus penerjemah, Chang kepada Liputan6.com di Yili, Xinjiang pada 29 Mei 2016.

"Anggur salah satu buah penting, selain tin bagi Uighur. Di musim semi, mereka bisa memanennya dan membuat manisan, lezat," lanjut Chang lagi.

Menurut Chang, rumah-rumah yang terletak di kawasan Kazangi Folk Tourism Spot merupakan kawasan yang dilindungi oleh pemerintah Otonomi Prefektur Yili Kazak.

"Pemerintah memberi insentif bagi mereka yang ingin melestarikan rumah Uighur dan membuka diri terhadap turis," lanjutnya lagi.

Berbaju khas Uighur, seperti motif ikat atau disebut Atlas berwarna cerah, Barna menyambut tamu. Dengan ramah, ia mempersilakan para tamu melihat kediamannya yang dihiasi ornamen Asia Selatan.

"Silakan masuk, lihat rumah saya," ucap Barna.

Bangunan itu memiliki luas sekitar 180 meter per segi dan didominasi warna biru serta pernak-pernik berwarna-warni. Sementara keseluruhan rumah dan pekarangan berkisar 250 meter per segi.

2 dari 2 halaman

Rumah Warisan Etnis Uighur

Sebelum masuk ke rumah Uighur, tamu diwajibkan untuk membuka sepatu mereka. Ada 6 ruangan di rumah berbentuk L itu, namun hanya 3 yang boleh dipamerkan kepada umum.

Satu ruangan merupakan meja makan, ruangan tamu, serta kamar anak perempuan. Seluruhnya beratap tinggi dan dipenuhi berbagai macam hiasan khas Uighur, termasuk sitar di ruangan tamu mereka.

"Di sini, kami mendapat insentif dari pemerintah apabila mau menghias rumah khas Uighur dan menerima turis," aku Barna.

Namun, berbeda dengan kampung warisan budaya yang dilindungi lainnya, di kawasan itu mereka diperbolehkan mengecat rumah selain biru untuk pagar dan putih untuk tembok halaman mereka.

"Yang dicat biru tandanya kami siap menerima turis," terang perempuan berusia 64 tahun itu.

Salah satu gerbang rumah etnis Uighur di Yili, Xinjiang (Liputan6.com/Arie Mega Prastiwi).

Menurut informasi pemerintah Prefektur Otonomi Yili Kazak, seluruh kawasan itu memiliki luas 22,9 km persegi dengan area inti seluas 12 km.

"Populasi di kawasan itu sekitar 100.000 orang dan seluruhnya merupakan etnis Uighur," ujar petugas pemerintah yang mendampingi Liputan6.com selama 10 hari di Xinjiang.

Masih menurut pemerintah Xinjiang, kebanyakan dari mereka adalah petani dan juga bergantung pada pariwisata.

"Ini salah satu cara bagi pemerintah melindungi etnis minoritas Uighur. Selain Uighur, etnis minoritas lainnya diperbolehkan tinggal di rumah, selama dekorasi dan bangunan ditentukan oleh pemerintah untuk melindungi kebudayaan mereka," tambahnya lagi.

Setelah kenyang memakan suguhan khas Uighur seperti roti naan, dan manisan buah tin serta es krim, Barna mengantar rombongan pulang. Sambil menggendong cucunya yang masih berusia 18 bulan, ia melambaikan tangan sambil berkata, "Salam, semoga diberi kesehatan."

Video Terkini