Liputan6.com, Cincinnati - Kritikan pedas menghujam pihak Kebun Binatang Cincinnati. Umumnya mereka melontarkan ketidaksetujuan atas keputusan petugas menembak mati gorila jantan berusia 17 tahun bernama Harambe.
Harambe ditembak mati 10 menit setelah seorang balita terjatuh ke dalam kandang dan diseret dua kali berturut-turut.
Tak sedikit orang berpendapat bahwa Harambe merasa terancam. Karena itulah ia melarikan diri dari area di mana suara manusia sangat dominan sambil membawa Isaiah -- balita usia 4 tahun yang terjatuh ke dalam kandangnya.
Advertisement
Baca Juga
Namun, banyak pula yang mengkritik aksi Harambe yang dianggap menyakiti anak kecil itu. Di sisi lain, ada yang menyebut primata besar itu justru melindunginya dalam insiden pada Minggu, 29 Mei 2016 kemarin.
Pihak Kebun Binatang Cincinnati kemudian angkat bicara terkait komentar tersebut. Mereka lalu menjelaskan bahwa pihaknya tak mempunyai pilihan lain, selain mengeksekusi Harambe karena dianggap mempertaruhkan nyawa orang lain.
"Pihak kebun binatang mengenal perilaku setiap hewan yang ada dalam kebun binatang, mereka jauh lebih mengenalnya. Mereka tentunya sudah mencoba untuk memikirkan opsi lain, sudah melakukan yang terbaik. Namun memang ujung-ujungnya harus ada yang dikorbankan," demikian ucap Sharon Redrobe, Kepala Pimpinan Eksekutif Kebun Binatang Twycross di Leicestershire, Inggris kepada Metro UK, yang dikutip pada Rabu (1/6/2016).
Redrobe lalu menjelaskan bahwa obat bius membutuhkan waktu 10 menit untuk bekerja dalam tubuh sang gorila. Dalam kurun waktu sebelum obat bius bisa bekerja dengan efektif, Harambe bisa saja melakukan tindakan kekerasan kepada sang balita yang ia seret kakinya di parit dalam kandang.
"Butuh waktu sekitar 10 menit untuk obat bius bekerja, dan kita tidak bisa menjanjikan situasi akan menjadi lebih baik. Karena kemungkinan besar sang gorila berubah menjadi kasar akibat merasa terancam," jelas Redrobe.
Isak Tangis Penjaga Harambe
Kematian Harambe menimbulkan rasa keprihatinan mendalam di kalangan masyarakat dunia. Akan tetapi, rasa kehilangan terbesar hanya bisa dirasakan oleh sosok pria yang membesarkan Harambe sejak lahir, Jerry Stones.
"Shock, Harambe adalah sosok yang sangat istimewa di hidup saya. Saya seakan kehilangan anggota keluarga sendiri," ungkap Jerry ketika mendengar kabar buruk tersebut.
Penjaga kebun binatang asal Texas yang sudah berumur 74 tahun ini mengatakan, ia sudah ada untuk Harambe sejak lahir.Â
"Saya membesarkannya sejak ia masih bayi. Harambe, gorila yang dulu berukuran mini dan sangat menggemaskan, tumbuh gagah dan menawan menjadi raksasa dengan hati yang lembut," jelasnya.
Jerry kemudian menjelaskan lebih lanjut soal kecerdasan dan ketangkasan Harambe yang selalu membuatnya terkagum-kagum.
"Harambe sangat pintar, otaknya terus berkembang seolah tak pernah berhenti mempelajari sesuatu," kata Jerry.
Jerry tampak kesulitan mencoba menahan air matanya seusai dikabari soal kematian Harambe. "Orang yang sudah tua juga bisa menangis," tuturnya sembari menahan isak tangis.