Liputan6.com, Beijing - Tak ada kasih yang lebih besar daripada kasih sayang seorang orangtua kepada anaknya.
Meski hanya berperan sebagai orangtua asuh, cinta dan kasih sayang pasangan suami istri ini tidak pernah berkurang sedikitpun bagi putri angkat mereka yang menderita cerebral palsy -- kondisi di mana seorang anak kehilangan kemampuan motoriknya, sehingga ia mengalami kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf.
Baca Juga
Gadis itu telah berusia 15 tahun, namun tingkat kecerdasan Likun -- namanya --sama seperti anak berusia tiga tahun.
Kondisinya juga membuatnya tak bisa mengunyah makanan dengan baik. Maka untuk membantunya, Li Huanmei dan Zhao Yuchun mengunyahkannya di dalam mulut mereka, lalu menyuapinya seperti induk burung kepada anaknya.
Advertisement
Â
"Setiap kali makan dibutuhkan waktu sekitar dua jam. Likun makan tiga kali dalam sehari, sehingga dalam sehari dibutuhkan waktu enam jam untuk memberinya makan," kata Zhao sang ayah, seperti dilansir dari Shanghaiist.com, Kamis (2/6/2016).Â
Baca Juga
Karena terlalu memikirkan kesehatan putriya, Li dan Zhao sampai terpaksa mengorbankan kesehatannya sendiri. Selain masalah perut karena kerap memakan makanan yang telah dingin, keduanya juga menderita sakit punggung seiring usianya bertambah.
Awal mula pertemuan gadis cerebral palsy dengan kedua orangtuanya berawal di sebuah rumah sakit di Kota Datong.
Tepatnya pada 2001, Li yang kala itu bekerja sebagai petugas kebersihan menemukan seorang bayi yang tergeletak di lorong rumah sakit. Sejak itulah ia dan suaminya Zhao Yuchun mulai merawat Likun hingga usianya kini genap berumur 15 tahun.
Li menduga bayi Likun telah sengaja dibuang oleh kedua orangtuanya karena terlahir dengan cacat bawaan.Â
Keluarganya sempat memintanya untuk menyerahkan Likun ke tempat penampungan anak, namun pasangan suami istri ini menolak dan memutuskan untuk tidak menyerah pada keadaan meski hidup serba kekurangan.Â
Pasangan ini sebenarnya telah memiliki satu anak perempuan yang kini telah berusia 14 tahun.
Dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, Li dan Zhao terus mencurahkan perhatiannya kepada kedua putrinya. Saat Li bekerja, sang suamilah yang merawat dan mengurus putri mereka. Begitu pun sebaliknya. Â Â
Namun belum lama ini, kondisi keluarga tersebut semakin terpuruk saat Li istri Zhao didiagnosa menderita kanker tenggorokan.
Awalnya pasangan ini rutin melakukan cek kesehatan di rumah sakit, namun akibat kondisi keuangan keduanya yang tidak mencukupi, Li pun berhenti melakukan perawatan.
Dengan kondisi sang istri yang sakit parah, Zhao kini harus memikul beban keluarganya. Untungnya ia juga telah menerima bantuan dari para kerabatnya, sehingga sedikit meringankan bebannya.
Luar biasa...