Liputan6.com, Paris - Belum lama ini Amerika Serikat (AS) sempat memperingatkan kemungkinan terjadinya serangan teroris dalam kejuaraan sepak bola Euro 2016 yang akan digelar pada 10 Juni hingga 10 Juli mendatang. Selaku tuan rumah, Presiden Prancis Francois Hollande mengakui adanya potensi serangan tersebut.
Kepada sebuah stasiun radio seperti dikutip ibtimes, Senin (6/6/2016), Presiden Hollande mengatakan momentum pelaksanaan Euro 2016 yang digelar di Prancis dapat merupakan peluang dalam terjadinya aksi teror. Kendati mengakui bahaya dari potensi serangan tersebut, Hollande meminta para penonton pertandingan kejuaraan sepak bola tersebut untuk tidak takut.
Baca Juga
"Ancaman serangan ada," ujar Presiden Prancis Francois Hollande.
"Namun kita tak boleh gentar. Kita harus melakukan apa saja untuk memastikan bahwa Euro 2016 berjalan dengan sukses," ucap Hollande.
Ajang Euro 2016 diprediksikan akan menarik 2,5 juta penonton yang akan menyaksikan 51 pertandingan di 10 stadion nasional di seluruh Prancis. Setidaknya terdapat 24 tim dari berbagai negara yang akan berpartisipasi dalam pertandingan ini. Berkumpulnya 24 tim menyebabkan keramaian di berbagai tempat di Eropa, sehingga ajang ini disebut dapat menjadi sasaran empuk bagi teroris dalam menjalankan aksi terornya.
Untuk mengamankan pelaksanaan Euro 2016, pemerintah telah mempersiapkan pengamanan tingkat tinggi. Lebih dari 90 ribu pasukan keamanan dikerahkan untuk berpatroli sepanjang pertandingan tersebut berlangsung. Mereka yang diterjunkan termasuk di antaranya polisi, pasukan pengamanan nasional, agen keamanan swasta, dan relawan.
Sebelumnya, Negeri Paman Sam telah lebih dulu memperingatkan warganya akan potensi serangan yang 'mengincar' di seluruh wilayah Eropa. Namun, AS baru sekadar mengeluarkan peringatan bukan larangan bepergian.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, serangan teroris itu bisa terjadi di berbagai tempat seperti lokasi wisata, restoran, pusat komersial dan transportasi selamat kejuaraan berlangsung. Peringatan adanya ancaman teror juga muncul terkait dengan penyelenggaraan Tour de France dan the Catholic Church's Youth Day di Krakow, Polandia.
Ketakutan akan potensi ancaman aksi teroris hingga saat ini masih membayangi Eropa menyusul serangkaian serangan terkoordinasi pada November 2015 yang terjadi di Paris. Kejadian mematikan yang didalangi anggota teroris ISIS itu menyebabkan ratusan orang tewas dan sejumlah lainnya terluka.
Menjelang Euro 2016, pemerintah Prancis dibuat kewalahan dengan aksi mogok nasional yang dilakukan para buruh di seluruh negeri. Berbicara dalam kesempatan yang sama, Presiden Hollande mengatakan aksi mogok para buruh itu ditentang oleh rakyat Prancis.
Sementara itu, Menteri Keuangan Prancis Michael Sapin mengatakan, aksi mogok tersebut tidak memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian negara. Namun berbagai tindak kekerasan yang terjadi dalam aksi protes para buruh ditengarai telah mencoreng citra Prancis sebagai tuan rumah Euro 2016.
Puluhan ribu demonstran yang berasal dari buruh berbagai profesi mulai dari penyulingan minyak, PLTN, dan kereta api dilaporkan melancarkan aksi protes sejak Mei lalu. Di bawah serikat pekerja terbesar Prancis, CTG, mereka menekankan penolakannya terhadap reformasi hukum buruh.