Sukses

Terkuak, Monumen Rahasia di Bawah Situs Petra

Dengan menggabungkan penggunaan sejumlah teknologi, terkuaklah keberadaan suatu monumen luas di bawah situs Petra, Yordania.

Liputan6.com, Petra - Kota purba Petra yang terletak di selatan negara Yordania termasuk salah satu situs arkeologi paling dikenal sedunta, tapi ternyata masih saja ada rahasia yang masih harus diungkap.

Baru-baru ini, dengan menggunakan kemajuan teknologi, terkuaklah keberadaan sebuah monumen berukuran luas di bawah kota yang termasuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO ini. 

Dikutip dari CNN pada Jumat (10/6/2016), ahli arkeologi Sarah Parcah dari National Geographic dan Christopher Tuttle dari Council of American Overseas Research Centers menggunakan pencitraan satelit, drone, dan survei daratan untuk menemukan bangunan serta kemudian melakukan dokumentasi temuan itu.

Penelitian itu dilaporkan pertama kalinya oleh National Geographic dan baru saja diterbitkan dalam Bulletin of the American Schools of Oriental Research. Monumen itu memiliki panjang 56 m dengan lebar 49 m.

Ciri uniknya antara lain karena platform itu "tidak memiliki kesejajaran dengan Petra ataupun daerah pedalaman yang ada", demikian menurut penelitian itu.

"Ketika peneliti National Geographic, Sarah Parcak, berbagi hasil penelitiannya yang terkini dengan kami, kami menyadari hal itu akan menggugah ketertarikan dunia karena arti bersejarah situs berharga ini, kata Kristin Romey, penulis arkeologi untuk National Geographic.

"Benar-benar suatu temuan yang menakjubkan bagi kalangan dunia arkeologi," imbuh Romey.

Ilustrasi situs bersejarah Petra di selatan Yordania. (Sumber Wikipedia)

Sekitar setengah juta wisatawan sudah pernah mengunjungi kota purba dan sekitarnya. Sejauh ini sudah tercatat adanya ribuan monumen dan bangunan di pusat kota.

Situs itu dihuni sejak masa prasejarah. Peradaban Nabatea yang sekarang sudah punah menjadikan kota campuran pahatan dan bangunan ini sebagai ibukota mereka. Kota ini juga menjadi pusat persinggahan utama bagi karavan perdagangan dari Abad ke-4 SM hingga Abad ke-1 Masehi.

Arsitekturnya merupakan campuran antara kebudayaan Hellenis dengan tradisional Nabatea berupa pahatan cadas untuk kuil dan makam, sebagaimana terlihat di Deir (biara) kota, makam Urn, makam Istana, dan makam Korinthia.

Platform yang baru ditemukan ini mungkin dibangun pada Abad ke-2 SM dekat pusat kota, pada saat peradaban Nabatea sedang berkembang pesat. "Sepertinya ada kemungkinan besar bahwa platform dan bangunan itu pada awalnya dibangun untuk keperluan upacara", kata Romey.

Masyarakat kala itu yang fokus pada spiritualitas diduga memuluskan konversi situs itu menjadi kapel Kristen pada masa Byzantin, walaupun kemudian menjadi tempat biasa sesudah masa kedatangan Islam.

Ada platform lebih kecil berukuran panjang 46 m dan lebar 44 m yang dibangun di bagian dalam platform yang lebih besar. Satu sisi platform yang lebih kecil dilengkapi dengan barisan tiang-tiang.

"Barisan tiang-tiang itu menudungi tangga monumental yang membentang selebar platform yang lebih kecil," demikian menurut penelitian tersebut.

Pusat kota purba itu menjadi bagian dari Taman Arkeologi Petra yang mencakup kawasan seluar 264 ribu meter persegi di dalam Wadi Musa, Yordania.