Liputan6.com, Louisville - Bahkan ketika jiwanya telah berpisah dari raga, Ali masih bisa mengirimkan pesan bagi dunia.
Ribuan orang berdatangan ke Louisville, Kentucky, untuk memberi penghormatan terakhir pada pria berjuluk 'The Greatness' itu, dalam pemakaman yang rinciannya 'direncanakan' sendiri oleh Ali.
Saat mobil jenazahnya melewati lingkungan kaum pekerja tempatnya tumbuh besar, Ali dikenang sebagai ayah, teman, juara, juga teladan. Begitu juga yang diingat oleh dunia. Â
Upacara pemakaman itu berlangsung khidmat sesuai tuntutan Islam, suram bergelayut duka, sekaligus egaliter, penuh warna, juga politis.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam pesannya menyebut, "Ali adalah sosok radikal, bahkan pada era paling radikal sekalipun," demikian dibacakan penasihatnya.
Sang presiden tak bisa hadir karena harus datang di upacara kelulusan putrinya.
Ali, Obama menambahkan, adalah sosok yang menyingkirkan sisi kasarnya, bicara selembut kupu-kupu, dan menyengat seperti lebah.
'Pukulan' Ali menyadarkan kita. Untuk memperluas pikiran banyak orang dan untuk memahami orang lain. "Muhammad Ali adalah Amerika," demikian yang disimpulkan Obama, seperti dikutip dari Toronto Star. Â
Sejumlah tokoh memberikan eulogi dalam upacara pemakaman Muhammad Ali.
Â
Advertisement
Pemuka agama Kristen di Louisville, Kevin Cosby menjadi pembicara pertama. Sementara Rabi Yahudi, Michael Lerner menjadi pembicara kelima. Ia sudah lama bersahabat dengan Ali. Mereka bekerja bersama dalam gerakan menentang Perang Vietnam.
Dalam euloginya, Lerner mengampanyekan agar penderitaan rakyat Palestina, juga perang drone, serta kemiskinan yang membuat orang menggelandang tak punya tempat tinggal -- diakhiri.
Ia juga mengajak para politikus untuk tidak mengambinghitamkan muslim.
"Kita tidak akan memberikan toleransi pada politisi atau siapa pun yang menyalahkan semua muslim karena tindakan segelintir oknum," kata dia.
Ia lantas meminta Pemerintah AS ikut andil dalam mewujudkan Pemerintahan Palestina yang sah.
 "Semua manusia sama berharganya di depan Tuhan, termasuk rakyat Palestina dan manusia lainnya di planet ini."
Menurut Lerner, Muhammad Ali selalu menyuarakan kebenaran yang seringkali tak bisa diterima banyak orang.
"Bagaimana cara kita menghormati Muhammad Ali? Jawabannya: untuk menghormati almarhum, kita harus menjadi Muhammad Ali pada era ini," kata Lerner.
"Katakan pada 1 persen kaum elite, yang menguasai 80 persen kekayaan negara ini, bahwa sekarang adalah waktunya berbagi. Bilang pada para politisi yang menggunakan kekerasan di seluruh dunia untuk menghentikan perang drone dan perang jenis apapun," kata dia.
Lerner juga meminta AS menutup pangkalan militer mereka di seluruh dunia dan memulangkan para tentara.
"Katakan pada PM Israel, Netanyahu bahwa untuk membawa keamanan bagi Israel adalah dengan menghentikan pencaplokan wilayah di Tepi Barat dan dengan mewujudkan Negara Palestina..."
"Katakan pada Presiden AS selanjutnya bahwa dia..." Lerner menggunakan kata 'she' yang merujuk pada perempuan.
Presiden baru AS, sang rabi melanjutkan, seharusnya tidak lagi menggunakan strategi mendominasi dunia. "Agar Amerika aman, AS harus dikenal sebagai negara paling murah hati dan perhatian di dunia, bukan sebagai yang terkuat."
Lerner juga meminta umat muslim di dunia untuk menghormati setiap agama dan keyakinan. Seperti Muhammad Ali.
Pidato Lerner yang blak-blakkan mendapatkan tepuk tangan paling keras dari 15 ribu orang yang hadir di KFC Yum! Center.
Eulogi juga diberikan oleh putri Malcolm X, putri Ali Rasheda Ali-Walsh.
Istri Ali, Lonnie Ali mengatakan, suaminya ingin upacara pemakamannya menjadi momentum pembelajaran bagi semua orang.
Ali ingin orang-orang yang sedang menderita, melakukan apa yang pernah ia lakukan: melawan ketidakadilan namun bukan dengan cara kekerasan.
"Ketika orang-orang kaya dan berkuasa mendekat padanya, Ali justru mendekat pada mereka yang miskin dan terlupakan," kata Lonnie.
Â
Sementara, mantan Presiden AS Bill Clinton mendeskripsikan Ali sebagai tokoh semua orang, semua agama. Ali menjadi teladan bagi kaum muda untuk meraih impiannya sendiri. Untuk tidak menyerah pada nasib.