Liputan6.com, Guatemala City - Sekelompok pria bersenjata dilaporkan memasuki sebuah desa di pegunungan Meksiko dan membunuh 11 anggota keluarga, termasuk dua anak-anak.
Menurut laporan dari sebuah komunitas di bagian pusat Puebla, dikutip dari Theguardian.com, Minggu (12/6/2016), kelompok bersenjata itu membantai lima perempuan, empat laki-laki, dan dua gadis remaja, di El Mirador, Guatemala, Meksiko.
"Sebelas orang tewas dan dua orang bocah perempuan terluka parah dan sekarang dirawat di rumah sakit," kata walikota Kota Coxcatlan, Vincente Lopez de la Vega.
Advertisement
Baca Juga
Kantor kejaksaan umum Puebla mengatakan dalam sebuah pernyataan, kelompok bersenjata tersebut tiba di lokasi tempat keluarga itu berada pada Jumat 10 Juni 2016 dini hari, menembaki anggota keluarga itu dan lalu meninggalkan mereka.
Para pelaku diduga memasuki daerah tersebut dengan berjalan kaki. Lokasi pembunuhan itu terletak di daerah pedalaman yang hanya bisa di akses dengan berjalan kaki.
Ditemukan pistol dan sarang peluru di tempat kejadian pembunuhan.
Menurut pernyataan kantor kejaksaan yang dikutip dari Daily Mail, beberapa saksi mata mengatakan, mereka mengenali dua orang tersangka. Salah satu dari kedua pria itu, pernah memerkosa seorang perempuan di keluarga tersebut, sembilan tahun yang lalu.
"Suami perempuan tersebut ditusuk beberapa kali dan mendapatkan luka yang lebih parah di jasadnya, dibandingkan dengan korban tewas lainnya," kata petugas kejaksaan.
Dua orang tersangka yang melarikan diri ke negara tetangga Oaxaca, kini menjadi buronan dan masih dalam pencarian pihak berwajib kedua wilayah.
"Kejadian tersebut diduga merupakan tindakan balas dendam. Sangat tidak berperasaan, membunuh 11 orang seperti itu. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Vincente.
Pihak kantor kejaksaan mengatakan, mereka sedang mencari tahu apa yang menjadi motif pembunuhan.
Masih belum ada konfirmasi, apakah kasus tersebut berhubungan dengan kejahatan terorganisir atau perselisihan keluarga.
Desa tersebut dihuni kaum evangelis yang memisahkan diri dari kelompok Katolik di El Potrero.
"Kedua wilayah saling menghormati satu sama lain. Jadi agama bukan menjadi motif pembunuhan tersebut. Bisa saja masalah keluarga atau kelompok tertentu," kata Vincente.
Jika perbedaan paham agama menjadi latar belakang pembunuhan tersebut, maka penembakan tersebut menjadi kasus pembunuhan paling kejam di daerah itu, selama setahun belakangan.Â