Sukses

Saksi Mata: Penembakan di Orlando Awalnya Dikira Aksi DJ

Insiden penembakan massal terburuk terjadi di Orlando, AS. Sebanyak 50 orang tewas dan 53 cedera saat Omar Mateen menembakkan senjatanya.

Liputan6.com, Orlando - Insiden penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika Serikat terjadi. Sebanyak 50 orang tewas dan 53 lainnya cedera saat Omar Mateen menembakkan senjatanya di Klub Pulse, Orlando.

Pada Minggu dinihari, 12 Juni 2016 sekitar pukul 02.00 waktu setempat, Mateen, pelaku penembakan di Orlando, berteriak ke arah kerumunan di dalam klub populer di kalangan kaum gay tersebut. Ia sempat menyandera sejumlah orang sebelum menembakkan senjatanya.

Salah satu korban selamat, Andy Moss mendeskripsikan kekacauan yang terjadi saat para pengunjung menyadari bahwa apa yang terdengar seperti aksi DJ, sesungguhnya adalah rentetan tembakan.

"Awalnya terdengar sebagai bagian dari pertunjukan," kata Moss, seperti dikutip dari Time, Senin (13/6/2016).

"Namun, ketika orang-orang mulai berteriak dan suara tembakan terus terdengar, kami tahu itu bukan lagi bagian dari pertunjukan."

Pelaku, Omar Mateen, tewas sekitar pukul 05.00, dalam baku tembak dengan tim SWAT -- yang menyerbu masuk ke dalam klub untuk membebaskan para sandera.

Pendukung ISIS

Mateen dilaporkan menghubungi 911 pada Minggu dinihari, menyatakan kesetiaannya pada ISIS.

Ia ada dalam radar FBI pada 2013 terkait pernyataannya yang diduga terkait terorisme. Sementara pada 2014, Mateen diduga terkait dengan salah satu pembom bunuh diri.

Mateen adalah warga negara AS yang lahir di New York dan kemudian pindah ke Port St Lucie, Florida.

Ia membeli secara legal setidaknya dua senjata api --pistol dan senapan laras panjang pekan lalu. 

Insiden penembakan terburuk dalam sejarah Amerika Serikat terjadi. Sebanyak 50 orang tewas dan 53 lainnya cedera saat Omar Mateen menembakkan senjatanya di Kub Pulse, Orlando.