Sukses

Penembak di Orlando Pendiam tapi Kasar, Berkepribadian Ganda?

Pelaku penembakan Orlando itu mengenyam bangku pendidikan di sekolah negeri di Florida dan mendapat gelar sarjana muda criminal justice.

Liputan6.com, Orlando - Identitas pribadi pelaku penembakan di Orlando makin terkuak. Omar Mateen yang lahir pada 1986 di New York disebutkan menghabiskan masa kecil hingga dewasanya di Florida.

Laki-laki keturunan Afganistan itu mengenyam bangku pendidikan di sekolah negeri di Florida dan mendapat gelar sarjana muda khusus untuk criminal justice dari Indiana River State Collage pada 2006. Hal itu diungkapkan oleh juru bicara universitas, Michelle Abaldo.

Pelaku penembakan Orlando itu bekerja sebagai petugas keamanan dan memiliki minat terhadap penegak hukum. Kepada teman-temannya, ia mengatakan ingin jadi polisi New York (NYPD).

Dalam akun Myspace miliknya, Mateen juga kerap berfoto dengan baju NYPD.

Catatan sipil Florida menyebutkan, Mateen memiliki izin untuk membawa senjata dan izin sebagai petugas keamanan.

Menurut teman-temannya, Mateen menikah dua kali. Namun kedua pernikahannya kandas. Ia memiliki satu anak dari istri kedua. Istri pertamanya, Sitora Yusufiy, mengaku kerap disiksa oleh suaminya, sementara tak ada informasi mengenai istri kedua.

Sitora juga menyebut sang suami seperti bipolar atau berkepribadian ganda karena memiliki dua perangai yang bertolak belakang.

"Mateen cukup taat beragama. Suatu hari ia ingin jadi polisi. Ia makin religius setelah pernikahan keduanya gagal. Bahkan, sempat pergi haji ke Arab Saudi," kata salah seorang teman kepada Washington Post yang dilansir Liputan6.com, Senin (13/2/2016).

"Kalaupun ia punya simpati kepada ISIS atau kelompok lainnya, ia tak pernah mengungkapkannya," kata temannya itu.

Menurut Imam Masjid Islamic Center of Fort Pierce, Shafiq Rahman, Mateen secara teratur mengunjungi tempat ibadah tersebut. Terakhir ia datang dua hari sebelum tragedi pada Minggu 12 Juni waktu setempat.

Imam itu mengatakan, ayah Mateen dan pelaku penembakan Orlando itu kerap beribadah dengannya. Bahkan, tiga saudara perempuan Mateen, aktif dalam gerakan sukarelawan di masjid itu.

"Ia pemuda yang pendiam. Jarang berbicara dengan orang lain," kata Rahman.

"Ia ke sini untuk salat, lantas pergi. Tak ada indikasi ia melakukan kekerasan," lanjut Shafiq Rahman. Kendati kerap datang ke masjid pimpinannya, ia tak pernah meminta nasihat spiritual kepadanya.

Anak laki-laki imam masjid itu, seorang mahasiswa senior di University of Florida, mengatakan Mateen orang yang agresif.

"Itu cuma sikap di luarnya saja," kata pria itu. "Dan ia bekerja sangat keras untuk menutupi pribadinya yang asli, yang pemarah dan kasar...".

Video Terkini