Sukses

Sebelum Beraksi, Penembak Orlando Datangi Kelab Gay dan Disney

Pihak berwenang yakin Omar Mateen, pelaku penembakan Orlando mengunjungi Disney World untuk melakukan pengintaian.

Liputan6.com, Orlando - Penyidik kasus penembakan Orlando mengungkap dugaan bahwa Omar Mateen telah beberapa kali mengunjungi kelab malam gay dan kompleks perbelanjaan Disney awal bulan Juni -- minggu yang sama di mana Disney dan lokasi lain menggelar Gay Days 2016. Hal itu dilakukannya sebelum melakukan serangan.

Perayaan Hari Gay 2016 berlangsung di Walt Disney World dan lokasi lainnya di Orlando antara 31 Mei dan 6 Juni.

"Kunjungan Omar Mateen ke kelab malam Pulse dan Disney Springs terjadi antara 1 Juni dan 6 Juni," kata seorang pejabat penegak hukum yang dikutip dari CNN, Rabu (15/6/2016).

"Setelah perjalanan ke Disney World, Mateen dan istrinya mengunjungi Pulse dan Disney Springs - kompleks hiburan dan belanja - untuk mengintai."

Pihak berwenang yakin ia melakukan pengintaian, hal itu mengemuka dari analisa informasi hasil wawancara dengan istri kedua Mateen, Noor Salman.

"Istri penembak, Noor Salman, pergi dengan suaminya ke dua lokasi itu. Tapi belum diketahui seberapa banyak ia tahu rencana suaminya," imbuh pejabat tersebut.

Pejabat keamanan Disney mengatakan kepada FBI, mereka menduga Mateen mengunjungi Disney World pada 26 April untuk mengintai.

Kini FBI pun tengah menyelidiki informasi baru tersebut.

Kunjungan awal Juni itu berlangsung selama periode yang sama saat Mateen membeli senjata yang digunakan dalam serangan mematikan, tragedi penembakan Orlando.

Beberapa jam sebelum pembantaian, Mateen disebut-sebut mengunjungi Disney Springs. "Mateen sendirian," kata pejabat tersebut.

Dari keterangan pemerintah federal berdasarkan investigasi Salman oleh pihak berwenang, diketahui bahwa suaminya sempat berbicara tentang serangan itu. Tapi dia menyangkal mengetahui ia rencana untuk menyerang klub gay.

Berdasarkan keterangan dari aparat penegak hukum dan mantan rekan kerjanya, Mateen telah menunjukkan keengganan terhadap gay. Ia disebutkan kerap berkomentar keras dan mengekspresikan kemarahan saat melihat dua pria berciuman.

Lainnya mengatakan ia menggunakan aplikasi kencan gay, dan selama bertahun-tahun sering kelub malam yang sama sebelum akhirnya menebar teror.

Pihak berwenang sedang menyelidiki berbagai hal untuk menguak motif penembakan massal paling  mematikan dalam sejarah AS itu.

Sebanyak 49 orang tewas dalam penembakan di Orlando pada Minggu 12 Juni pagi, sementara 53 lainnya terluka.

"Sebanyak 28 korban masih dirawat di rumah sakit, termasuk sedikitnya empat orang yang berada dalam kondisi kritis," jelas pihak berwenang.