Sukses

Misteri Batu Alien Berusia 470 Juta Tahun

Meteorit yang dijuluki Oest 65 itu diduga sebagai serpihan asteroid berbentuk kentang yang ukurannya jauh lebih besar.

Liputan6.com, Lund - Sebuah batu misterius yang belum pernah dikenal sebelumnya ditemukan dalam tambang batu gamping di Swedia.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (15/6/2016), para peneliti menduga bahwa batu ini merupakan sebuah meteorit yang dihasilkan dari tumbukan kecepatan tinggi asteroid-asteroid di angkasa pada 470 juta tahun lalu. 

Meteorit itu sendiri berukuran sebesar biskuit pada umumnya dan sampai kini belum ada duanya. Temuan yang diterbitkan Selasa lalu dalam jurnal Nature Communications menduga batu ini dapat mengungkapkan sejarah dan cara pembentukan sistem tata surya kita.

Meteorit yang dijuluki Oest 65 itu diduga sebagai serpihan asteroid berbentuk kentang yang ukurannya jauh lebih besar, bisa selebar 20 hingga 30 km. Meteorit kentang itu kemudian bertumbukan dengan asteroid lain yang jauh lebih besar. Serpihan-serpihan tumbukan itu kemudian menghujani planet Bumi yang masih muda.

Sebelumnya, baru pernah ditemukan satu pecahan dari dua keping batu berbentuk meteorit jenis kondrit (chondrite) tersebut. Sekarang, para ilmuwan berpendapat bahwa mereka telah menemukan kepingan ke dua sehingga memperkuat teori tumbukan hebat dua benda langit tersebut.

Diduga, pecahan dari batu kondrit yang jauh lebih besar berukuran 100 hingga 150 km mendekati kumpulan utama bebatuan dalam sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.

Ilustrasi sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Meteorit yang dijuluki Oest 65 itu diduga sebagai serpihan asteroid berbentuk kentang yang ukurannya jauh lebih besar. (Sumber pics-about-space.com)

Hujan benda-benda angkasa itu berbarengan dengan semakin merebaknya kehidupan laut tak bertulang belakang (invertebra) sewaktu massa daratan planet kita masih tersambung menjadi satu benua super bernama Gondwana.

"Meteorit tunggal yang kita temukan sekarang ini…merupakan jenis yang tidak dikenal dalam dunia masa kini," demikian menurut Birger Schmitz dari Lund University kepada AFP. Schmitz adalah salah satu penulis laporan penelitian.

Bersama-sama dengan kira-kira 100 kondrit lain yang telah ditemukan hingga sekarang, pecahan alien ini tenggelam ke dasar samudera yang dulunya pernah menutupi daerah tambang batu di selatan Swedia.

"Benda ini mengandung konsentrasi sangat tinggi unsur-unsur seperti iridium, yang sangat langka di planet Bumi," kata Schmitz melalui surel.

"Meteoritnya juga mengandung konsentrasi tinggi isotop-isotop langka unsur Neon" dalam proporsi yang berbeda daripada kondrit.

Tim itu menghitung bekas-bekas radiasi kosmis pada meteorit itu untuk menentukan masa waktu batu itu telah berkelana di angkasa sebelum akhirnya menghujam Bumi.

Schmitz mengatakan, "Meteorit kita ini jatuh sekitar 470 juta tahun lalu, kira-kira dalam periode yang sama dengan fragmen-fragmen kondritnya."

Butiran misterius ini "mungkin merupakan fragmen dari benda penabrak yang memporakporandakan benda kondrit induknya," demikian disimpulkan dalam penelitian.

Batu alien ini mungkin saja menjadi contoh tercatat pertama adanya "meteorit yang punah". Disebut begitu, karena bongkahan induknya telah lumat seluruhnya karena tabrakan-tabrakan di angkasa sehingga tidak ada lagi bagian-bagiannya yang bisa jatuh di bumi sekarang ini. Namun demikian, kondrit-kondrit masih sesekali berjatuhan di bumi.

Hasil temuan ini berarti bahwa meteorit-meteorit yang ada sekarang bukanlah mewakili keseluruhan apa yang ada ataupun pernah ada di luar sana. Sebagai catatan, meteorit masa kini menjadi dasar anggapan para peneliti tentang pembentukan sistem tata surya kita.

"Kemungkinan ada potensi untuk menyusun kembali aspek-aspek penting sejarah tata surya dengan mengamati sedimen-sedimen Bumi, bukan hanya melihat ke angkasa," demikian menurut pada penulis penelitian.