Sukses

Perluas Jalur Sutra Abad 21, Hubungan China-Indonesia Kian Erat

Laksama Cheng Ho merupakan serorang muslim asal Tiongkok yang berpengaruh dalam bidang keekonomian, kebudayaan dan keagamaan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Jalur Sutra (Silk Road) menjadi rute perdagangan penting yang menghubungkan Timur dan Barat. Tak hanya berpengaruh di bidang ekonomi saja, jalur tersebut juga berkontribusi dalam perkembangan peradaban, seperti penyebaran budaya dan agama.

Salah satu negara yang tak dapat dipisahkan dari kata jalur sutra adalah China. Negeri Tirai Bambu tersebut tak hanya melakukan perjalanan perdagangan ke Eropa saja, melalui jalur itu pengaruh Tiongkok juga sampai ke Indonesia.

Mengingat kata jalur sutra, agama, serta hubungan China dengan Indonesia, terdapat sosok seorang muslim asal negeri Tiongkok yang tak asing di telinga, yakni Laksamana Cheng Ho.

Pada 600 tahun yang lalu, Laksamana Cheng Ho tujuh kali berlayar ke Samudra Hindia melalui Jalur Sutra Maritim. Pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal itu sempat beberapa kali singgah di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

Sebagai seorang muslim, Cheng Ho tak hanya berinteraksi di bidang perdagangan dan budaya saja, namun juga membuka pintu komunikasi antara umat Islam Tiongkok dengan Indonesia.

Nama Cheng Ho juga diabadikan dalam sebuah masjid di Surabaya sebagai bentuk penghormatan. Bangunan masjid tersebut pun dibuat menyerupai kelenteng yang didominasi warna merah, hijau, dan kuning dengan ukiran khas Tiongkok klasik.

"Berbeda dengan masjid biasa, gaya arsitektur Masjid Cheng Ho justru bergaya bangunan tradisional Tiongkok. Para pengunjung bisa melihat dinding merah dan atap hijau serta lengkungan yang mirip bangunan gereja Katolik," ujar Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Xie Feng, dalam sambutannya pada acara buka bersama di Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

"Gaya arsitektur yang sangat istimewa ini cukup mencerminkan saling hormat dan harmoni antara agama dan budaya yang berbeda di Indonesia," imbuhnya.

Hubungan antara Tiongkok dengan Indonesia melalui jalur sutra tak hanya terjalin pada masa Laksamana Cheng Ho saja. Kini, China berusaha menghidupkan kembali jalur sutra dalam bentuk baru.

Pada 2013, Presiden China Xi Jinping telah mengumumkan inisiatif 'Jalur Sutra Baru Abad ke-21' atau The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road atau yang dikenal juga sebagai Belt and Road Initiative.

Tujuannya, untuk menciptakan beberapa koridor ekonomi yang membentang lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Mengintegrasikan Asia, Eropa, dan juga Afrika baik di wilayah darat maupun laut.

"Pada saat ini Tiongkok dan Indonesia sedang mengimplementasikan kesepakatan dua negara untuk mensinergikan perkembangan pembangunan 'Jalur Sutra Maritim Abad ke-21'," ujar Dubes Feng.

Tak hanya sebagai jalan untuk kerjasama dalam bidang ekonomi dan perdagangan saja, hubungan tersebut juga ingin mendorong pertukaran budaya dan hubungan antar warga (people-to-people), salah satunya melalui agama.

"Seiring dengan hubungan bilateral yang terus berkembang, interaksi agama antara kedua negara makin intensif, komunikasi dan kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang seperti akreditasi makanan halal, pertukaran budaya dan akademis, saling kunjung antara peneliti Islam antara kedua negara, pelatihan guru dan pengiriman mahasiswa terus dilakukan," jelas Dubes Feng.

Penjelasan mengenai kerjasama untuk menghidupkan kembali jalur sutra, khususnya dalam segi people-to-people, disampaikan oleh Dubes Feng pada acara buka puasa bersama di Pesantren Luhur Al Tsaqafah. Acara kali ini juga bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Dalam kesempatan itu, pemerintah Tiongkok memberi santunan uang tunai kepada 500 anak serta memberikan 100 buku tentang kebudayaan China.

"Dengan memberikan dukungan kepada saudara-saudara muslim yang kurang berkecukupan, kami berharap bisa menyampaikan kepedulian dan persahabatan dari pemerintah dan rakyat Tiongkok serta saudara-saudara muslim di Indonesia," ujar Dubes Feng.