Liputan6.com, Leeds - Thomas Mair pembunuh anggota parlemen Inggris, Jo Cox, ternyata terkait dengan kampanye Brexit yang ditentang oleh Cox.
Dilansir dari Daily Mail, Mair ternyata anggota dari kelompok anti-imigran dan pendukung Brexit Springbok Club.
Baca Juga
Kelompok itu mengakui Mair mendukung Springbok Club. Mereka mengirimkan selebaran kepada Mair dan para pendukung berisi meminta warga Inggris untuk mendukung kampanye 'Tinggalkan Uni Eropa'.
Advertisement
Selebaran itu, yang dikirim kepada seluruh warga Inggris dalam tiga bulan terakhir, baik pendukung maupun bukan, berisi antara lain: hentikan seluruh aktivitas, dan fokus pada pilihan 'Leave' dalam referendum 23 Juni mendatang. Selain itu, meminta para pendukung wajib isi petisi mengkritik PM David Cameron.
Springbok Club merupakan bagian dari gerakan Patriotic Forum, yang pindah dari Afrika Selatan ke Inggris setelah apartheid hancur.
Kendati Mair pendukung dan anggotta Springbok, namun kelompok itu menolak dikaitkan oleh aksi pembunuhan brutal terhadap Jo Cox.
"Kami sangat terpukul dengan pembunuhan Jo Cox," kata juru bicara dalam pernyataannya.
"Kami tidak ada kontak dengan Meir sejak 1980-an. Meski mengaku anggota, ia tak pernah berlangganan majalah kami. Memang kami mengirimkan pamflet, tapi tak hanya dia semata melainkan ke seluruh anggota. Mungkin ia berlangganan majalah dari kelompok lain seperti Swinton Cirle ataupun Bruges Group," lanjut pernyataan itu.
Swinton Cirle dan Bruges Group adalah dua kelompok yang sama-sama mendukung Inggris lepas dari Inggris. Namun keduanya menolak dikaitkan dengan pembunuhan Jo Cox yang dilakukan oleh Mair.
Pembacaan Dakwaan
Kepada polisi Meir mengaku ia adala aktivis politik. Bahkan dalam sidang pembacaan dakwaan di Pengadilan Westminster Magisterate, pria 52 tahun itu memberi julukan kepada dirinya adalah, 'Death to traitors, freedom for Britan'.
Anggota parlemen Inggris Jo Cox, ditembak dan ditikam di Birstall, Yorkshire Barat, tempat konstituennya sendiri di mana Meir juga tinggal.
Pada sesi pembacaan dakwaan, Mair didakwa pembunuhan, menyakiti orang lain, dan kepemilikan senjata api ilegal.
Mair, di depan hakim menolak memberikan nama aslinya sendiri, dan tidak menjawab konfirmasi tempat tinggalnya.
"Nama saya adalah death to traitors, freedom for Britain," kata Meir kepada hakim.
Diminta mengulang namanya, namun ia tetap memberikan nama julukan itu. Selebihnya Meir lebih banyak diam sampai sesi pembacaan dakwaan selesai dan dibawa ke penjara.Â