Liputan6.com, Wisconsin - Film Titanic merupakan sebuah karya yang terinspirasi dari kisah nyata tenggelamnya kapal Titanic pada 14 April 1912.
Kapal tersebut karam setelah menabrak gunung es di Samudra Atlantik Utara dan menewaskan puluhan ribu penumpang.
Salah seorang korban selamat Titanic, Jannie Hansen, berbagi cerita mengenai insiden paling mengerikan dalam hidupnya, dikutip dari Thevintagenews.com, Minggu (19/6/2016).
Advertisement
Pada malam yang dingin itu, Jannie beserta anak dan suaminya sedang berada di dalam kabin kamarnya. Ia lalu merasakan mesin kapal raksasa itu tiba-tiba berhenti bekerja.
Merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut, Jennie lalu memeriksa keadaan di luar kamarnya. Ia mencoba bertanya kepada beberapa orang, tapi mereka mengatakan tidak tahu apa yang sedang terjadi dan meminta Jennie kembali ke kamarnya.
"Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres, Peter," kata Jennie kepada suaminya.
Baca Juga
Tak lama setelah itu ia memutuskan untuk kembali melihat keadaan di luar. Pada saat itulah Jennie bertemu dengan seorang awak kapal yang berjalan dengan tergesa-gesa sambil membawa pelampung.
"Apa yang terjadi, mengapa kapal berhenti," tanya Jennie kepada awak tersebut.
Awak itu lalu memberikan beberapa pelampung kepada Jennie dan meminta ia dan keluarganya untuk segera menuju anjungan kapal.
"Aku, Peter dan Henry (anaknya) segera bergegas menuju dek kapal. Semua orang berlarian menuju ke sana," kata dia.
Saat dalam perjalanannya menuju anjungan, Jennie mendengar suara tembakan dan dia menyadari sesuatu yang buruk sedang terjadi.
Sesampainya di dek kapal, tangga menuju perahu dipenuhi oleh penumpang. Jennie dan keluarganya memutuskan untuk memanjat tangga besi yang berada di sisi lain untuk mencapai perahu.
"Aku berdiri di dekat perahu bersama Henry dan Peter, ketika seorang petugas menyuruhku untuk naik ke dalam perahu," kata istri Peter itu.
Awalnya dia menolak untuk naik dan bersikeras untuk menunggu perahu lainnya agar ia, Peter, dan Henry bisa naik.
"Mereka memaksaku naik. Aku terus berpegangan pada Peter, memohon untuk membiarkanku tetap di sampingnya," kata Jennie.
Seorang petugas kembali menarik Jennie ke dalam perahu dengan kasar, sehingga kepalanya terbentur. Ada sekitar 40 wanita di dalam perahu kecil itu.
Pada saat perahu mulai diturunkan, seorang melemparkan bayi dari dek. Sayangnya, bayi itu tidak mendarat di dalam kapal kecil itu. Dia malah terbuang ke dalam laut yang dingin.
"Peter melemparkan jaketku, dan aku berhasil meraihnya," kata dia.
Perahu itu lalu membawa mereka menjauhi Titanic yang semakin lama semakin tenggelam, jauh ke dalam lautan yang dingin itu.
"Henry dan Peter berdiri di dek itu. Pemandangan terburuk yang aku harap tidak pernah terjadi, melihat keluargaku berada di antara ribuan orang yang tenggelam saat kapal itu mulai terbelah dua," kata Jennie lirih.
Titanic tenggelam, diiringi oleh suara nyanyian kelompok pemusik yang melantunkan "Nearer My God to Thee".
"Kami melihat kapal itu tenggelam dan menghilang, setelah terdengar ledakan. Sangat menghancurkan hatiku, ribuan orang menangis dan memohon agar mereka bisa naik ke dalam perahu," kata Jennie.
Mereka terpaksa harus membiarkan orang-orang yang berada di air tewas. Perahu itu terlalu kecil dan penuh untuk menampung orang lagi.
"Sangat mengiris hatiku mengingat Henry dan Peter. Dia bahkan berkata kepadaku untuk hidup, jadi aku bisa menceritakan kejadian ini suatu saat," kata dia lirih.
Akibat dari kejadian yang dialaminya itu, Jennie menderita syok pada sistem sarafnya, yang membuatnya tidak bisa meneteskan air matanya.
Dia mengalami mimpi buruk setiap malamnya. Jennie tinggal bersama abangnya, Thomas Howard, dan istrinya, Maggie.
Terkadang, mimpi buruknya sangat mengerikan, sehingga Thomas dan Maggie harus menemaninya tidur.
Setelah keadaannya membaik, Jennie kembali ke Raacine, Wisconsin, AS, dan menikahi Elmer Emerson--19 tahun lebih muda darinya.
Jennie meinggal dunia pada usia 85 tahun, lima hari sebelum ulang tahun ke-86, akibat penyakit bronkitis yang dideritanya.