Sukses

Korea Selatan Jadi Target ISIS?

Peretas ISIS, United Cyber Caliphate telah mengumpulkan informasi tentang keberadaan pangkalan militer AS di 77 negara.

Liputan6.com, Seoul - Kelompok teroris ISIS tak hanya mengincar target di Timur Tengah atau Negara Barat. Mereka juga merencanakan akan menyerang pangkalan militar Amerika Serikar yang bermarkas di Korea Selatan.

Berdasarkan informasi dari dinas intelijen Korea Selatan, peretas kelompok itu, United Cyber Caliphate telah mengumpulkan informasi tentang keberadaan pangkalan militer AS dan NATO di 77 negara, termasuk di Korsel.

Informasi itu kemudian bocor -- yang membuat Negeri Ginseng kemudian meminta para pendukungnya untuk menyerang ISIS, sebagai langkah pencegahan.

National Intelligence Service (NIS) Korea Selatan mengatakan, ISIS menggunakan aplikasi Telegram untuk membocorkan informasi tentang pangkalan udara AS, termasuk di Osan.

Dilansir dari IBTimes, Senin (20/6/2016) data yang dibocorkan peretas kelompok ISIS itu termasuk alamat, dan koordinat dari Google Map. Bukan hanya itu, mereka membocorkan data personel di lebih dari 20 negara. Salah satunya adalah seorang pekerja organisasi sosial dari Korsel.

Menurut NIS, individu tersebut kini berada di bawah perlindungan.

Kepala Staf Gabungan Latihan Militer mengatakan mereka menawarkan tambahan personel keamanan untuk melindungi pangkalan militer AS itu dari serangan ISIS.

"Pesan terbaru dari ISIS sekali lagi mengonfirmasi kelompok itu berniat menyerang Korea Selatan. Mereka membocorkan data dan informasi serta meminta pendukungnya menyerang target itu," tulis pernyataan NIS.

"Kepala Staf Gabungan Latihan Militer Korea-AS telah mengambil langkah pencegahan termasuk menyiagakan keamanan tambahan."

Selain insiden bocornya data, 2 warga Korea ternyata dilaporkan bergabung dengan ISIS.

NIS makin memperketat keamanan semenjak serangan Paris pada November 2015, mengantisipasi jika ISIS juga berniat menyerang AS, Eropa dan Asia.

NIS juga mewanti-wanti dengan perkembangan terorisme di Korea Selatan, karena telah ada 50 warga dideportasi dari Negeri Ginseng dalam 5 tahun terakhir terkait dengan aktivitas politik mereka.

Video Terkini