Liputan6.com, Hanover- Keberadaan teknologi di era modern ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi satu sama lain. Tak hanya itu, majunya teknologi juga memberikan kebebasan untuk mengakses berbagai macam informasi yang tak tersedia di masa lampau.
Namun, apabila jatuh ke tangan yang salah, akibatnya bisa sangat fatal.
Baca Juga
Sayangnya hal tersebut sudah terjadi. Tidak bisa dimungkiri bahwa fenomena teknologi telah memudahkan ideologi ISIS untuk berkembang, bahkan mencari "mangsa" untuk dijadikan anggota kelompok radikal tersebut.
Advertisement
Segala bentuk upaya penanggulangan isu cyber-crime yang dilancarkan ISIS sudah dikerahkan, terutama penghapusan situs yang dilaporkan mengandung ajaran-ajaran sesat.
Akan tetapi, dalam upaya memberantas grup teroris seperti ISIS, pergerakan anti-teror tidak dapat dilakukan setelah kejadian; pencegahan jauh lebih baik dan tentunya lebih efektif.
Seorang profesor jurusan sains dan komputer di Dartmouth College, Hanover, negara bagian New Hampshire, Amerika Serikat bernama Hany Farid telah meluncurkan sebuah teknologi berupa software, yang diyakini akan menjadi senjata ampuh untuk membasmi segala aksi terorisme di dunia maya, mulai dari penyebaran ideologi, perekrutan, hingga komentar-komentar negatif cenderung ekstrem.
Seperti dilansir Bloomberg, Profesor Farid bekerja sama dengan sebuah organisasi nirlaba, Counter Extremism Project, menggunakan dana yang digelontorkan oleh perusahaan Microsoft Corp. Mereka mengembangkan sebuah software canggih yang bisa menghilangkan jejak grup radikal di dunia maya.
Software buatan mereka dipastikan mampu mengidentifikasi dan melacak dokumen dalam segala bentuk termasuk, foto, video dan file audio, bahkan jika dokumen tersebut telah diubah atau dimodifikasi.
Selain itu, software ini akan memungkinkan situs media sosial seperti Facebook untuk mengetahui terlebih dahulu konten yang sudah ditandai dan menghapusnya atau mencegahnya untuk diunggah secara otomatis.
Profesor Farid menjelaskan bahwa tidak hanya Facebook, software atau alat perangkat canggih buatannya bisa secara otomatis mencegah diunggahnya segala bentuk yang melanggar peraturan penggunaan situs. Jadi, tidak harus seseorang melaporkannya terlebih dahulu, software miliknya bisa mendeteksi sendiri unggahan apa yang wajar dan tidak wajar.
Ia lalu menjelaskan bahwa penghapusan pada konten yang dinilai negatif bukanlah isu kebebasan berekspresi. Ketika seseorang memasuki sebuah situs, mereka harus mematuhi peraturan yang dibuat oleh pihak perusahaan situs tersebut.
Menurut Profesor Farid, banyak perusahaan tidak punya banyak waktu untuk mengecek satu-satu penggunanya. Oleh karena itu, kerap kali ditemukan banyak dari pengguna yang menyalahgunakannya.
“Software saya akan membantu mereka mempermudah tugas mereka. Teknologi ini mempunyai kemampuan melacak, mengidentifikasi dan bertindak secara akurat dengan sangat cepat,” tuturnya.