Liputan6.com, Beijing - Semangka, buah paling dicari saat musim panas. Terbungkus kulit hijau yang tebal, bagaimana tahu kalau buah yang banyak mengandung air itu sudah matang dan bisa dimakan?
Ada satu teori bagaimana mengecek semangka. Yaitu dengan mengetuknya.
Baca Juga
Kalau kita mengetuk dan mendengar suara di dalamnya, itu 'katanya' sudah matang. Namun, teori tersebut ternyata menjadi debat di dunia maya di China.
Advertisement
Diskusi yang terjadi di antara ribuan akun di Sina Weibo, -- Twitter ala China-- rupanya dipicu oleh sebuah tulisan tentang larangan 'kebiasaan mengetuk semangka' di Italia. Ribuan kilometer jauhnya dari Tiongkok.Â
Debat berawal dari seorang pengguna media sosial China yang memosting sebuah gambar tanda di supermarket Italia yang meminta pelanggannya untuk tidak mengetuk semangka.
Tanda itu dipasang di atas setumpuk semangka bertuliskan, "Tolong hentikan mengetuk semangka, mereka tidak bakal membalasnya," tulis tanda itu seperti dilansir BBC Trending, Kamis (23/6/2016).
Tak ada indikasi apakah supermarket itu 'menyerang' pelanggan China yang memiliki kebiasaan turun menurun mengetuk semangka.
Tulisan itu tertulis dalam bahasa Italia, bukan dalam bahasa Mandarin. Namun, entah bagaimana, tak sedikit warga China merasa tersinggung dengan imbauan itu.
Menurut What's on Weibo, foto itu telah di-share ke ribuan pengguna setelah beberapa media melaporkan kalau larangan mengetuk semangka itu memang ditujukan ke pelanggan China.
Namun, untuknya beberapa akun di media sosial segera mengonfirmasi kalau kebiasaan mengetuk semangka itu tidak hanya dimiliki China, namun berlaku universal.
Foto itu berawal dari akun 'Isolated Guardian' yang menyebarkannya ke Weibo. Ia mengaku orang China yang tinggal di Milan. Semenjak menjadi viral, foto itu hilang dari halamannya.
Para pengguna Weibo banyak yang menanggapinya dengan kocak, antara lain bernama Fu Shin yang berkomentar, "Tok, tok. B: Siapa itu? A: Semangka, B: Semangka siapa? A: Semangka, tolong jangan ketuk saya lagi."
Beberapa orang bahkan berbagi foto mendengar respons dari semangka.
Namun tak sedikit yang mengatakan itu adalah cara yang tepat menguji semangka telah matang.
Kebiasaan mengetuk semangka ternyata bukan milik China semata. Kalau mencari di internet, kebiasaan itu adalah konsep universal.
Hal itu bisa dilihat dari berbagai video dan topik bagaimana cara memilih semangka. Bahkan ada yang lewat film dan animasi. Film kartun Rusia, 'Nu, pogodi!' termasuk salah satu yang menampilkan adegan mengetuk semangka, mengetes apakah buah itu sudah matang.
Topik semangka adalah salah satu contoh bagaimana reaksi warga China sangat khawatir tentang penerimaan warga dunia terhadap mereka.
Baru-baru ini, kementerian luar negeri China menyangkal tentang laporan media yang mengatakan perusahaan makanan kaleng Tiongkok menjual daging manusia di Afrika sebagai daging kornet.
Tabloid Zambia adalah media yang pertama kali menerbitkan laporan itu sekaligus meminta maaf.
Tak hanya itu, sasaran juga terjadi pada turis China. Salah seorang model Thailand pernah marah-marah di media sosial setelah kakinya diinjak dan antreannya disela oleh rombongan turis Tiongkok. Perempuan itu juga mengkritik soal kotor dan baunya toilet bandara.
Selain dikenal cepat berbagi isu, para pengguna sosial di China juga dikenal sigap memperbaiki kabar keliru. Itu mengapa, di Tiongkok beredar anggapan, isu di media sosial adalah sebuah kebenaran.