Liputan6.com, Taipei - Ismail Mae tinggal jauh dari kampung halamannya di Taiwan. Namun, di 'rumah barunya', di Indonesia, ia justru merasakan nikmat beribadah.Â
Direktur Divisi Informasi Pers Taipei Economic & Trade Office (TETO) bersyukur, ia ditugaskan di negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
"Rasanya jauh lebih baik (berpuasa di Indonesia), itu menurut pengalaman saya,"Â ungkap Ismail kepada Liputan6.com.
Advertisement
"Namun lokasi terbaik untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan tetap Arab Saudi," tambah dia.
Â
Bukan kali pertama Ismail Mae tinggal di negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Pria yang lancar berbahasa Arab itu pernah tinggal 9 tahun di Libya.
Di mana pun ia berada, ada kebiasaan yang selalu dilakukan Ismail Mae untuk berbuka puasa. Iftar diawali makanan atau minuman manis, kemudian disusul makanan ringan. Pria ramah itu menghindari hidangan yang berat. "Saya suka bubur, sup ayam," kata dia.
Selain mengisahkan tentang pengalamannya puasa di Tanah Air, Ismail Mae juga menceritakan tentang kehidupan muslim di negaranya, Taiwan.
Menurut dia, keberadaan ribuan tenaga kerja Indonesia di Formosa ikut memberi warna dalam kehidupan beragama di sana.
Bahkan, kata dia, Bahasa Indonesia jadi 'bahasa ketiga' di Taipei Grand Mosque, masjid agung di Taiwan.
Dulu, cerita Ismail Mae, ketika diajak ayah dan kakeknya ke masjid, pada saat itu bahasa yang digunakan adalah Bahasa Mandarin.
"Namun lama-kelamaan, bahasa itu pun mulai berubah dan campur aduk. Karena semakin banyak jumlah muslim dari Indonesia dan negara lain yang membangun sebuah komunitas," jelas dia.
"Oleh karena itu bahasa pun ada Bahasa Inggris dan juga Bahasa Indonesia," imbuhnya.
Ismail Mae juga menceritakan bagaimana perkembangan dan penerimaan Islam di tengah masyarakat Taiwan.
Saksikan selengkapnya dalam wawancara khusus berikut ini:
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.