Liputan6.com, Bogota - Setelah lebih dari 50 tahun berlangsung, akhirnya konflik terlama di Bumi antara pemerintah Kolumbia dengan kelompok pemberontak FARC akan segera berakhir.
Menurut laporan yang dikutip dari CNN, Jumat (24/6/2016), pemerintah Kolumbia dan pemberontak FARCÂ telah menandatangani perjanjian gencatan senjata pada Kamis, 23 Juni 2016 waktu setempat.
Baca Juga
Perjanjian itu dapat mengakhiri konflik berdarah yang telah berlangsung selama lima dekade di negara tersebut.
Advertisement
Penandatanganan perjanjian tersebut dilaksanakan di Havana setelah kedua belah pihak melakukan negosiasi sejak tahun 2012. Sebuah kesepakatan untuk menghentikan perang sipil yang telah merenggut nyawa ratusan ribu orang.
Baca Juga
Kesepakatan tersebut disetujui oleh Presiden Kolumbia, Juan Manuel Santos, dan Komandan tertinggi FARC, Timoleon 'Timochenko' Jimenez.
Menurut laporan yang dikutip dari BBC, gencatan senjata tersebut akan dimulai setelah penandatanganan kesepakatan akhir, yang diharapkan Presiden Juan Manuel Santos akan dilaksanakan pada akhir Juli mendatang.
"Mari jadikan hal ini hari terakhir perang," kata pimpinan FARC, Timochenko.
Presiden Kolumbia menyatakan pada upacara pembukaan bahwa momen tersebut merupakan hari bersejarah bagi Kolumbia.
"Kita telah mencapai akhir dari 50 tahun 'kematian', penyerangan, dan rasa sakit. Ini adalah akhir konflik senjata dengan FARC," kata Juan.
Pada awal pembicaraan damai, FARC mengusulkan gencatan senjata bilateral, namun ditolak oleh pemerintah Kolumbia.
Pemerintah menolak usulan tersebut dengan alasan pada perjanjian gencatan senjata sebelumnya, pemberontak memanfaatkan momen tersebut untuk mengambil alih sebuah desa.
Presiden Juan mengharapkan kesepakatan akan dicapai pada 20 Juli. Setelah itu, pemungutan suara akan dilakukan untuk menentukan akan menerima atau menolak perjanjian.
Pemberontakan terlama di muka Bumi oleh FARCÂ ini meniru usaha revolusi Kuba dan ancang-ancang pengubahan sistem pemerintahan Kolumbia menjadi Marxis--paham yang mengikuti gagasan Karl Max.
FARC telah memberontak sejak medio 1960-an. Mereka menuntut reformasi di berbagai tempat di Kolumbia. Akibat aksi brutalnya, kelompok tersebut dikategorikan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Pengkritik menduga pemberontak terlibat dalam perdagangan narkoba dan penculikan, untuk membiayai gerilya mereka.
Semenjak 2012, sejumlah upaya perdamaian mulai dilakukan. Baik dari pihak FARC maupun Presiden Kolumbia, Juan Manuel Santos, sepakat mengakhiri konflik berusia setengah abad itu lewat dialog yang ditengahi oleh Norwegia, Kuba, dan disponsori oleh Chile dan Venezuela.