Sukses

Kisah Model Seksi 'Rahasiakan' Identitasnya Sebagai Transgender

Pada tahun 1980-an beredar rumor, Caroline Cossey, gadis berpakaian mini di Film James Bond, For Your Eyes Only, ternyata adalah pria.

Liputan6.com, London - Sebuah rumor yang beredar pada 1980-an, membuat para pria sungguh tak nyaman.

Ramai dikatakan bahwa salah satu gadis berpakaian mini di Film James Bond, For Your Eyes Only -- yang menjadi subjek fantasi mereka -- ternyata adalah seorang pria.

Jelas, itu adalah skandal besar pada masanya. Orang-orang merasa tertipu sekaligus menuntut jawaban, benarkah gadis yang memakai bikini dalam kolam renang bersama Roger Moore memang seorang pria?

Kemudian, seorang wartawan tabloid di Inggris melakukan investigasi. Hasilnya: artis tersebut adalah seorang transeksual.

Akibatnya, segala kerja keras Caroline Cossey untuk menjadi bintang, 'hancur dalam semalam'.

Caroline Cossey, yang menjadi sorotan kala itu, baru-baru ini angkat bicara kepada The Huffington Post, tentang pengalamannya sebagai model dan artis transgender pada 1980-an -- ketika topik tersebut masih dianggap tabu.

Terlahir sebagai pria

Caroline Cossey terlahir sebagai Barry Kenneth Cossey. Ia tumbuh besar sebagai laki-laki.

Caroline Cossey terlahir sebagai Barry Kenneth Cossey (@Caroline Cossey)


Pada masa mudanya, ia lebih terlihat 'feminin' akibat kondisi Klinefelter’s Syndrome atau Sindrom Klinefelter, yakni kelainan genetik laki-laki yang diakibatkan kelebihan kromosom X.

Alih-alih bermain dengan sesama teman pria, Caroline memilih bersama saudarinya, Pam, bermain-main dengan koleksi baju sang ibu.

Masa kecilnya jauh dari menyenangkan. Ia kerap menjadi sasaran bullying di sekolah. "Aku jadi bulan-bulanan," kata dia dalam autobiografinya My Story, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (25/6/2016).

"Aku dipukul dan ditendang. Lingkaran hitam bekas pukulan di mataku atau bibirku berdarah biasa kualami."

Saat sekolah kian menyiksa dan tak lagi tertahankan, pada usia 15 tahun, Caroline memutuskan drop out. Ia kemudian bekerja di toko baju lalu di toko daging.

Pada usia 16 tahun, ia pindah ke London. Selama masa remaja dan menjelang dewasa, Caroline  alias Barry mengaku tak pernah naksir dengan para gadis. Kala itu, ia mengira dirinya gay.

Namun, hubungan sesama jenis pun tak memuaskan jiwanya. Fakta bahwa ia tak diterima dalam hubungan homoseksual dan keteroseksual membuatnya kesepian dan putus asa.

Pada usia 17 tahun ia bertemu dengan seorang perempuan yang melakukan operasi transeksual. Saat itu juga ia mulai menjalani transisi dan memulai terapi hormon.

Tak lama setelah itu, ia bekerja sebagai gadis panggung di sebuah klub London. Setelah menjalani operasi pembesaran payudara, Caroline kemudian jadi penari topless di Roma -- demi bisa menabung untuk melakukan prosedur operasi kelamin.

Pada usia 20 tahun, ia kemudian mengganti namanya secara legal dan berganti kelamin. Saat itulah, ia merasa 'menjadi dirinya yang seutuhnya'.

"Dunia juga memperlakukanku sebagai perempuan normal," kata dia kepada Huffington Post.

Dengan semangat baru dan kerja keras, Caroline mendapatkan kesuksesan, secara personal juga profesional.

2 dari 2 halaman

Rahasia Masa Lalu yang Terbongkar

Menjadi Model

Ia mulai menjadi model, dengan nama Tula. Fotonya ada di muka majalah Australian Vogue, Harper’s Bazaar, dan mengisi halaman tiga The Sun.

Meski kariernya telah berkembang, ia memutuskan untuk menutupi masa lalunya.

"Sayangnya, pada tahun 1970-an dan 1980-an, ada banyak sekali stigma tentang transgender. Kesuksesan hanya bisa kuraih dengan menyembunyikan masa laluku," kata dia. "Aku berada dalam posisi sulit. Karena hidupku sebagai model menjadi sorotan banyak orang."

Masalah kemudian berdatangan. Pada 1978, ia berhasil menjadi bagian dari pertunjukan permainan Inggris 3-2-1.

Caroline Cossey sukses menjadi model dengan merahasiakan masa lalunya (Wikipedia)


Seorang wartawan tabloid mengontaknya, mengatakan bahwa ia mengetahui masa lalunya sebagai transeksual dan berencana menulis soal itu.

Maka, Caroline pun memutuskan mundur. Kemudian pada 1981, ia berperan dalam film Roger Moore, For Your Eyes Only. Tak lama setelah film dirilis, tabloid Inggris News of the World muncul dengan halaman depan bertuliskan, "James Bond Girl Was a Boy" -- Gadis Bond Sejatinya Pria.

Caroline kecewa bukan kepalang. Ia bahkan sempat berpikir bunuh diri dan menjauh dari sorotan publik.

Salah satu momentum yang paling menyakitkan adalah saat wawancara dengan Howard Stern.

"Ia muncul dengan pakaian perempuan dan bercanda bahwa ia telah melakukan operasi," kata Caroline. Tak hanya itu yang membuat Caroline merasa sungguh terhina.

Setelah itu, ia berjuang secara hukum untuk bisa menikah dan diakui sebagai perempuan. Semua pintu ia ketuk, dari Pemerintah Inggris, hingga Pengadilan HAM Eropa.

Dan, pada 1991, ia muncul di halaman muka majalah Playboy, terang-terangan mengaku sebagai transgender.

Pada saat itu, ia juga bertemu dengan seorang pria Kanada, David Finch -- yang menikahinya pada 1992.

Caroline Cossey dan suaminya, David Finch (Facebook)


Sebelum bertemu dengan Finch, Caroline sempat berhubungan dengan pria. Namun, cinta kasih dengan mereka putus di tengah jalan.

Belakangan, Caroline Cossey menikmati hidupnya, menjauh dari sorotan. Namun, transisi menghebohkan Caitlyn Jenner dan cemerlangnya karir model transgender Andreja Pejic, ia kembali dicari -- untuk dimintai komentar sebagai 'perintis'.

"Sungguh luar biasa bisa menyaksikan orang-orang akhirnya menerima model transgender saat ini," kata dia.

Caroline Cossey menikmati hidupnya, menjauh dari sorotan publik (Facebook)

 

Caroline mengaku, ia menangis saat mendengar pernyataan Caitlyn Jenner dalam ajang ESPY Awards -- meski ayah Kendall dan Kylie Jenner itu 'lupa' menyebut namanya.

Jenner hanya menyebut sejumlah tokoh dalam komunitas transgender:  Renée Richards, Chaz Bono, Laverne Cox, dan Janet Mock.

"Saya sedikit terluka saat ia tak menyebut namaku," kata dia kepada Daily Mail. "Mungkin ia tak pernah mendengar tentangku dan apa yang telah saya lakukan."

Apapun, "Saya bangga bahwa telah melakukan bagianku, membantu masyarakat lebih mengenal, menerima dan peduli pada kaum transgender," kata Caroline Cossey.