Liputan6.com, Edinburgh - Donald Trump tak mendapat sambutan hangat dari warga Skotlandia sebagaimana yang ia harapkan. Salah seorang pria bahkan berusaha melempari miliarder nyentrik itu dengan bola golf berlambang Nazi.
Calon kandidat presiden Amerika Serikat itu tiba di Skotlandia pada Jumat, 24 Juni lalu, bertepatan dengan proses referendum yang tengah berlangsung di Britania Raya. Kunjungannya ke negara itu untuk membuka resor golf barunya, Turnberry Golf Resort.
Namun belum sempat menyelesaikan pidato peresmian usaha barunya, seorang pria tiba-tiba saja melempar taipan properti itu dengan bola golf. Trump yang mengenakan topi baseball putih bertuliskan 'Make America Great Again' tidak terluka dan pemuda itu diamankan.
Dikutip dari Huffington Post, Minggu (26/6/2016), Trump juga mendapat serangan secara verbal. Pasalnya, ia berkomentar pedas di akun Twitter-nya dengan menyebut bahwa warga Skotlandia 'menjadi liar' pasca keputusan Brexit.
Sejumlah warga Skotlandia pun geram dengan cuitan sang miliarder. Pasalnya, kebanyakan dari mereka justru adalah kubu yang menolak Brexit.
Baca Juga
Kecaman terhadap Trump juga disampaikan penyanyi pop asal Inggris, Lily Allen, presenter TV, Sue Perkins, dan komedian, Peter Serafinowicz . Mereka kompak menyebutnya orang bodoh.
Advertisement
Menurut BBC, sejauh ini sebanyak 32 daerah dengan total 62 persen warga Skotlandia memilih agar Inggris tetap berada di Uni Eropa. Kontras dengan yang terjadi di Inggris, di mana 52 persen memilih untuk hengkang dari UE.
Berbagai sumber menyebutkan, Skotlandia tengah berupaya untuk tetap bergabung dengan UE. Meski harus memisahkan diri dari Inggris.
"Skotlandia telah menyampaikan suara yang tegas dan kuat untuk tetap berada di UE, dan saya menyambut pengesahan status Eropa kami," ujar Perdana Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon.
Ia juga menambahkan bahwa referendum kemerdekaan kedua bagi negaranya memiliki potensi besar.
Hasil referendum Brexit sejauh ini telah mulai menunjukkan efek domino menyusul munculnya suara-suara serupa Brexit di sejumlah negara Eropa seperti Prancis, Belanda, Austria, Spanyol dan lain-lain.
PM Inggris David Cameron pun telah menyatakan akan meletakkan jabatannya pada Oktober mendatang, setelah pengganti dirinya terpilih.