Liputan6.com, Melbourne - Aksi protes yang diwarnai bentrokan terjadi di Melbourne, Australia. Para pengunjuk rasa terdiri dari kelompok sayap kanan ekstrem dan sayap kiri.
Unjuk rasa yang digelar pada Minggu 26 Juni pukul 11.30 waktu setempat ini menyedot perhatian publik jauh lebih banyak dibandingkan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Baca Juga
Ini dikarenakan, sejumlah pengunjuk rasa dari kelompok sayap kiri ekstrem melancarkan aksi pembakaran bendera Australia. Aksi itu diperkeruh dengan sikap agresif pengunjuk rasa lainnya terhadap seorang wartawan di tengah kericuhan itu.
Melansir The Age, Senin (27/6/2016) kolaborasi antar dua kubu sayap kanan yaitu, United Patriots Front (UPF) dan True Blue Crew, menganut prinsip pro-Australia yang secara terbuka menentang keberadaan para imigran, pengungsi, serta pencari suaka yang ada di negeri kanguru itu.
Sementara, gerakan oposisi anti-rasisme dan anti-fasis dari kubu sayap kiri yang beranggotakan lebih dari 200 pengikut ini, mempunyai satu misi yang ingin dicapai melalui aksi unjuk rasa tersebut:
"Kami ingin memberikan pesan kepada semua orang, baik oposisi maupun pihak netral, untuk menghormati multikulturalisme yang sudah ada di kota tersebut," kata Vasthi Kenway, salah seorang anggota sayap kiri seperti dikutip News.com.au.
Sebelumnya, kelompok sayap kanan lebih dulu berkumpul di area Exhibition Street sebelum akhirnya pindah ke taman Gedung Parlemen pada pukul 11.30 waktu setempat untuk bergabung dalam aksi Australian National Flag Solidarity bersama dengan 120 pendukungnya dari kelompok United Patriots Fronts.
Advertisement
Mereka awalnya berniat untuk berdemonstrasi mengelilingi wilayah Central Business District (CBD) Kota Melbourne.
Namun upaya mereka untuk mengelilingi seluruh wilayah CBD gagal lantaran dihadapi oleh kelompok oposisi sayap kiri yang ternyata telah mengikuti pergerakan kubu sayap kanan secara diam-diam dari Spring Street hingga area Carlton Street.
Wilayah ini kemudian dijadikan tempat aksi baku hantam antar kubu sampai akhirnya pihak berwenang datang untuk melerai dan berhasil membuat situasi kembali kondusif.
Seperti diberitakan Channel 7 News, jumlah petugas pengamanan yang dikerahkan untuk mengamankan kerusuhan tersebut mencapai 400 personel.