Liputan6.com, Durham - Gelombang gravitasi telah ditangkap oleh detektor di angkasa luar yang dapat mengungkap bagaimana black hole atau lubang hitam 'lahir'. Hal tersebut berdasarkan simulasi alam semesta dengan menggunakan komputer yang mendeteksi hal tersebut.
Para ilmuwan meyakini bahwa frekuens gelombang tersebut dapat mengungkap massa 'benih' lubang hitam tumbuh sejak mereka terbentuk pada 13 miliar tahun lalu.
Hal tersebut juga dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang apa yang menyebabkan dan di mana mereka terbentuk, demikian menurut keterangan peneliti.
Advertisement
Penelitian yang dilakukan oleh Durham University dipresentasikan di Pertemuan Royal Astronomical Society's National Astronomy di Nottingham, Inggris.
Peneliti menggabungkan simulasi dari proyek EAGLE -- yang bertujuan untuk membuat simulasi realistis dari alam semesta di dalam komputer -- dengan model untuk menghitung sinyal gelombang gravitasi.
Tim tersebut meyakini bahwa dua pendeteksian gelombang gravitasi yang disebabkan oleh tabrakan antara lubang hitam rakssa dapat dilakukan setiap tahun dengan menggunakan instrumen berbasis ruang seperti Evolved Laser Interferometer Space Antenna (eLISA) yang akan diluncurkan pada 2034.
Pada Februari, sebuah tim internasional mengumumkan bahwa mereka telah mendeteksi gelombang gravitasi untuk pertama kalinya, dan deteksi kedua dilaporkan bulan Juni.
Karena alat pendeteksi akan berada di angkasa luar -- dan berukuran 250 ribu kali dari detektor di Bumi -- maka alat tersebut seharusnya dapat mendeteksi gelombang gravitasi yang lebih rendah yang disebabkan oleh tabrakan antara lubang hitam supermasif.
Saat ini terdapat 3 teori yang mengungkapkan tentang terbentuknya lubang hitam.
Beberapa menduga, lubang hitam terbentuk atas hasil dari pertumbuhan dan runtuhnya generasi bintang pertama di alam semesta. Sementara itu lainnya mengatakan bahwa black hole tercipta karena tabrakan antar bintang di gugus yang padat.
Namun akhirnya, salah satu teori memprediksi bahwa runtunhnya bintang raksasa secara langsung saat penciptaan awal alam semesta yang membentuk lubang hitam.
Karena setiap teori memprediksi massa awal terbentuknya lubang hitam, tabrakan tersebut akan menghasilkan berbagai sinyal gelombang gravitasi.
Hal tersebut berarti pendeteksian menggunakan eLISA dapat membantu menentukan mekanisme yangtepat yang membantu menciptakan lubang hitam.
"Memahami tentang gelombang gravitasi berarti kita dapat mempelajari alam semesta dengan cara yang sama sekali berbeda," ujar penulis utama Jaime Salcido.
"Gelombang ini disebabkan oleh tabrakan besar antara obyek dengan massa yang jauh lebih besar dari Matahari kita. Dengan menggabungkan deteksi gelombang gravitasi, kita daoat menemukan kapan dan bagaimana 'benih' lubang hitam terbentuk," jelasnya.
Lubang hitam merupakan hal penting dalam pembentukan galaksi dan diperkirakan terdapat di pusat galaksi, termasuk Bima Sakti.
"Menemukan bagaimana ia terbentuk dan di mana tempatnya merupakan salah satu persoalan yang belum terpecahkan oleh ilmu kosmologi dan astronomi," ujar Profesor Ricahrd Bower, penulis kedua penelitian tersebut.
"Penelitian kami telah menunjukkan bagaimana detektor di angkasa luar akan memberikan wawasan baru untuk mengetahui sifat lubang hitam raksasa," imbuhnya.