Liputan6.com, Istanbul - Selasa malam, 28 Juni 2016, sebuah taksi berhenti di muka Bandara Internasional Ataturk di Istanbul, Turki. Sejumlah orang bersenjata turun dari kendaraan tersebut.
Mereka, yang diyakini terdiri atas tiga orang, kemudian mencoba melewati mesin pemeriksaan X-ray bandara. Namun, petugas kemudian menghentikan mereka.
Para pelaku kemudian melancarkan serangan pertama mereka, memberondongkan peluru dari senapan AK-47 ke arah para aparat dan kerumunan pengunjung bandara yang ketakutan.
Untung mereka tak sampai masuk ke gedung bandara. Dua dari para penyerang meledakkan bom yang melekat di tubuh mereka di pintu masuk terminal. Sementara pelaku pengeboman ketiga bunuh diri di parkir mobil.
Sejumlah saksi mata menceritakan upaya aparat menghentikan aksi para pengebom, yang dilakukan seorang polisi.
Sang pria "heroik" itu menembak seorang pengebom sebelum sempat meledakkan diri--yang memberikan kesempatan pada para pengunjung bandara untuk lari menjauh. Aksi polisi itu diyakini telah menyelamatkan banyak manusia.
Kejadian tersebut juga terekam kamera CCTV. Penyerang bersenjata terlihat berlari di terminal kedatangan internasional, sebelum akhirnya jatuh--diduga kuat akibat ditembus peluru aparat. Senapan AK-47 yang dibawanya terlempar.
Seorang polisi kemudian mendekati pelaku. Namun, ia tak menyadari teroris itu masih hidup dan siap meledakkan rompi bunuh diri.
Setelah sadar bahaya menjelang, aparat yang tak diketahui identitasnya tersebut masih sempat lari menjauh.
Beberapa saat kemudian, teroris yang terlihat kesakitan itu meledakkan diri. Layar CCTV berubah jadi merah dan gelap oleh asap.
Tak diketahui seberapa kuat efek bom tersebut dan apakah polisi yang diduga kuat menembak pelaku selamat dari ledakan itu.
Setidaknya 36 orang yang terkonfirmasi meninggal dunia dan 147 lainnya luka-luka dalam serangan teror yang terjadi di bandara ke-11 tersibuk di muka bumi itu. Jumlah korban jiwa diperkirakan bertambah.
Dilaporkan, mayoritas mereka tewas berkewarganegaraan Turki. Namun diduga kuat ada warga asing yang masuk daftar korban jiwa.
Advertisement
ISIS Dituding Jadi Biang Keladi
Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim, mengatakan indikasi awal, teror tersebut diduga kuat dilakukan oleh ISIS. Namun demikian, tak ada pernyataan bertanggung jawab dari organisasi teroris itu.
Sementara itu, Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag mengonfirmasi serangan terjadi antara pukul 19.50 sampai 21.50 waktu setempat.
"Seorang teroris menuju pintu masuk terminal, menembakkan senapan Kalashnikov, lalu meledakkan dirinya sendiri," kata dia di depan parlemen di ibu kota Ankara, seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (29/6/2016).
Bandara Turki selama ini memberlakukan kemanan relatif ketat. Pemeriksaan dilakukan di pintu masuk bangunan terminal dan sebelum masuk ke gerbang keberangkatan.
Meski demikian, bandara Istanbul--ketiga tersibuk di Eropa--telah dianggap sebagai target "lemah".
Pascakejadian, sejumlah penumpang pesawat yang baru mendarat di Bandara Istanbul ditahan di dalam kabin. Mereka tak diperbolehkan keluar.
"Kami tak boleh keluar, mempertimbangkan apa yang terjadi di dalam bandara," kata koresponden BBC, Mark Lowen.
"Setelah dua tahun tinggal di sini dan sering ke bandara ini, saya sejak lama merasa Ataturk adalah lokasi yang rentan karena ada banyak kendaraan datang tanpa diperiksa," kata dia.
Foto-foto pertama yang muncul dari lokasi kejadian menunjukkan situasi kehancuran. Puing-puing, yang diduga plafon bangunan terlihat berserakan. Sebagian menutupi taksi-taksi yang antre di luar bandara.
Salah satu foto juga menunjukkan AK-47 tergeletak di lantai.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, meminta masyarakat internasional bersatu melawan teroris. "Serangan yang terjadi di tengah bulan suci Ramadan menunjukkan bahwa terorisme tak menghargai agama dan nilai apa pun," kata dia.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.