Sukses

Australia Akan Punya 6 Perdana Menteri dalam 6 Tahun?

Warga Australia pada 2 Juli nanti akan menggelar pemilihan umum nasional untuk menentukan nasib negaranya ke depan.

Liputan6.com, Canberra - Punya enam kepala pemerintahan dalam enam tahun? Kedengarannya janggal, namun itu bisa saja terjadi di negara tetangga dekat Indonesia, Australia.

Negeri Kanguru, pada 2 Juli nanti akan menggelar pemilihan umum nasional. Pesta demokrasi ini merupakan yang pertama sejak 2013.

Pemilu tahun ini sangat menarik. Pasalnya, partai tengah-kanan Liberal, akan berupaya mati-matian untuk mempertahankan kekuasaannya dari kelompok oposisi tengah-kiri, Partai Pekerja.

Menurut jajak pendapat terakhir, Partai Liberal yang dipimpin Perdana Menteri Malclom Turnbull patut waspada. Sebab, mereka hanya unggul begitu tipis dari Partai Pekerja yang dikomandani, Bill Shorten.

Dan, jika Shorten menang, maka sejarah baru tercipta di Australia. Pemimpin oposisi ini akan jadi PM ke-6 Australia dalam 6 tahun terakhir.

Sejak 2010, Australia memang kerap berganti Kepala Pemerintahan. PM saat ini, Malclom Turnbull belum genap satu tahun ada di kursi penting tersebut.

Pada September lalu, Partai Liberal setuju memecat PM sebelumnya Tony Abbott dan menggantinya dengan Turnbull. Sebelum digulingkan, popularitas Abbott turun drastis akibat beberapa masalah termasuk pemberian gelar Ksatria Order of Australia kepada anggota Kerajaan Inggris Pangeran Philip.

Bukan pertama kali pergantian kekuasaan terjadi dalam waktu begitu singkat. Pergantian itu, dimulai pada 2010 saat Julia Gillard menggulingkan Kevin Rudd.

Rudd kembali mengambil kekuasaan dari Gillard -- yang memerintah selama 3 tahun. Namun, Rudd musti menelan pil pahit.

Belum lama berkuasa, Partai Pekerja kalah dari Partai Liberal. Kekalahan ini secara otomatis membuat Rudd harus menyerahkan tampuk kekuasaan ke Tony Abbott -- yang kemudian dilengserkan Malclom Turnbull.

Fakta pergantian PM yang cepat di Australia, menurut Direktur Institut Jajak Pendapat Lowy, Alex Oliver, menunjukkan adanya gejala masalah yang sama dengan demokrasi di negara Barat lain. Termasuk di Inggris dan Amerika Serikat.

"Tidak ada debat soal Uni Eropa dan Donald Trump belum tentu jadi Presiden. Namun, terutama di Barat kita melihat tantangan secara global yang sama," ujar Oliver seperti dikutip dari CNN, Rabu (29/6/2016).

2 dari 2 halaman

Pergantian PM Tahun Ini?

Dengan adanya fenomena cepatnya pergantian PM, untuk pemilu bulan depan, pertanyaan besar apakah Australia akan punya pemimpin baru lagi sangat wajar menyeruak.

Pemilu 2 Juli nanti dilakukan secara nasional. Masyarakat Negeri Kanguru akan memilih anggota parlemen yang terdiri dari senat dan dewan perwakilan rakyat.

Partai perengkuh suara di atas 50 persen, berhak menempatkan pemimpinnya jadi Perdana Menteri Australia.

Dalam jajak pendapat yang terus dilakukan jelang pemilu, isu jaminan kesehatan, ekonomi serta persamaan hak kaum LGBT jadi pembahasaan utama.

Bukan cuma itu, satu masalah yang digadang-gadang jadi isu kunci dalam kampanye Partai Liberal dan Pekerja adalah kebijakan apa yang akan mereka pakai dalam menangani masalah pencari suaka.

Untuk Perdana Menteri saat ini, Malclom Turnbull begitu dikenal kala berhasil merebut kursi PM dari Tony Abbott.

Meski masih popularitasnya masih terjaga, beberapa Warga Australia menyatakan kekecewaannya karena, Turnbull masih saja mempertahankan beberapa kebijakan kontroversial yang dikeluarkan Abbott.

Sementara, penantangnya, Bill Shorten dikenal sebagai ekonom yang humoris. Namanya naik, usai berperan dalam menggulingkan PM Kevin Rudd di 2010.

Dalam kampanyenya, dia menyatakan akan merubah sejumlah kebijakan Partai Liberal di sektor ekonomi dan jaminan kesehatan.

 

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.