Sukses

Militer AS Cabut Larangan Tentara Transgender

Ini memastikan tidak ada pendaftar di militer AS yang terbuang atau ditolak saat mendaftar ulang berdasarkan identitas transgendernya.

Liputan6.com, Washington DC - Militer AS mencabut larangan untuk anggota transgender bertugas secara terbuka dalam angkatan bersenjata negara itu. Kebijakan tersebut memungkinkan anggota yang mengubah kelaminnya saat mengabdi akan ditetapkan standar untuk perawatan medisnya secara bertahap dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.

"Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan bagi orang-orang dan pasukan kami," kata Menteri Pertahanan AS, Ash Carter seperti dikutip dari BBC, Jumat (1/7/2016).

Peraturan terbaru ini akan memastikan tidak ada pendaftar yang 'terbuang' atau ditolak saat mendaftar ulang berdasarkan identitas gender mereka.

Jamie Ewing, yang ditendang keluar dari Angkatan Darat AS karena menjadi seorang transgender, mengaku senang mendengar berita itu.

"Saya sangat senang," kata Ewing. "Saya berharap bisa kembali mendaftar dan mudah-mudahan bisa kembali bertugas sebagai prajurit di Angkatan Darat AS dalam waktu dekat."

Langkah tersebut mendapat kecaman dari Senator Partai Republik, Jim Inhofe dari Oklahoma. Ia mengkritik pemerintah karena dianggap memaksa agenda sosial, dan mengatakan aturan itu harus ditunda penerapannya.

Sebelumnya pada konferensi pers di Pentagon, Carter mengatakan: "Misi kami adalah untuk membela negara ini, dan kami tidak ingin hambatan terkait dengan kualifikasi seseorang untuk melayani negara mencegah kita merekrut atau mempertahankan tentara, pelaut, pilot, atau marinir terbaik untuk mencapai misi tersebut."

"Ada sekitar 2.500 orang transgender dari total sekitar 1,3 juta orang anggota militer AS," beber Carter.

Dengan peraturan terbaru ini, anggota militer transgender bisa kembali mendaftarkan diri dalam satu tahun. Dengan syarat, kondisi mereka dengan gender yang baru harus stabil selama 18 bulan.

Terkait hal itu, Carter menyebut kebijakan yang terbaru soal gender di militer AS ini adalah masalah prinsip. Ia telah berkonsultasi anggota militer transgender selama bertahun-tahun, untuk membahas cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Carter juga memandang kebijakan di negara-negara seperti Inggris, Israel dan Australia, yang sudah memungkinkan anggota transgender untuk bertugas secara terbuka.

"Saya yakin bahwa kami memiliki alasan untuk bangga hari ini. Tentang langkah yang berarti bagi militer kita. Ini hal yang benar untuk dilakukan. Militer kami, dan membela bangsa akan menjadi lebih kuat," jelas Carter.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.