Sukses

Presiden Filipina Duterte Desak Rakyat Bunuh Pecandu Narkoba

Bagi Presiden Duterte, para pecandu narkoba telah membuat orangtua menderita.

Liputan6.com, Manila - Rodrigo Duterte akhirnya resmi menjabat jadi presiden Filipina pada Kamis 30 Juni 2016. Tak lama setelah dilantik, dalam pidato perdananya ia justru semakin keras terutama terhadap gembong narkoba.

Kunjungan resmi pertama Duterte adalah datang ke area kumuh di Manila. Kepada 500 warga, ia menyuruh mereka untuk berani melawan penjaja narkoba.

"Orang-orang brengsek itu telah menghancurkan masa depan anak-anak kita. Saya peringatkan kepada Anda, jangan sampai kalian jadi pengedar obat bius. Biar kalian polisi, karena akan saya bunuh," kata kepala negara itu seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (1/7/2016).

"Apabila kalian bertemu dengan pecandu narkoba, silakan bunuh mereka karena orang seperti itu telah membuat orangtuanya sangat menderita," lanjutnya.

Duterte sebelumnya telah 'menyentil' beberapa polisi yang dicurigai memiliki kedekatan dengan pengedar obat bius.

Presiden yang kerap mengulang kalimat kampanye berupa bisnis pemakaman akan semakin marak di Filipina kalau ia jadi presiden. 

"Saya yakinkan kalian, kalau kalian tidak bakal bangkrut. Kalau usaha kalian melambat, saya akan bilang ke polisi, 'kerja lebih keras dan cepat untuk bantu orang-orang,'" ujar Duterte kepda warga.

Dalam pidato perdana setelah pengangkatan sebagai presiden, ia menjamin selama 6 tahun masa jabatannya adalah hari-hari gelap bagi kriminal dan pengedar obat bius.

Pengacara yang pernah jadi walikota Davao itu mengatakan narkoba adalah bahaya laten Filipina.

Ia juga memerintahkan tembak di tempat bagi personel keamanan yang berhasil menangkap pengedar. Tak cuma otoritas, Duterte meminta warga biasa juga membunuh kriminal.

Selama kampanye, Duterte mengatakan bakal ada 100 ribu orang tewas dalam usahanya melibas kriminal. Lantas ia akan membuang jasad itu ke Teluk Manila supaya dimakan ikan.

Kelompok aktivis HAM sangat khawatir akan sepak terjang pernyataannya. Di bawah kepemimpinan Duterte, mereka khawatir akan semakin banyak orang main hakim sendiri.