Sukses

Ironi Kematian Bocah Palestina dalam Ledakan Bom Turki

Kematian seorang bocah Palestina, Rayan, menambah jumlah korban tewas dalam ledakan bom Turki yang terjadi pada Selasa 28 Juni lalu.

Liputan6.com, Istanbul - Selamat dari konflik berdarah selama puluhan tahun yang melanda negerinya, Palestina, bocah berusia 3 tahun Rayan Muhammad Said Shreim justru tewas dalam serangan bom Turki yang terjadi di Bandara Ataturk pada Selasa 28 Juni lalu. Ironis.

Awalnya, ia masuk dalam daftar korban yang terluka. Namun nyawanya tak tertolong setelah mendapatkan perawatan selama beberapa hari akibat luka parah.

Seperti dilansir Huffington Post, Sabtu (2/7/2016), Rayan beserta ayah dan ibunya yang merupakan warga Palestina tengah berada di Turki untuk berlibur. Sang ibu, Sundus Abd al-Halim Hashem lebih dulu diumumkan tewas, sementara ayah Rayan dilaporkan terluka akibat ledakan bom bunuh diri itu.

Meninggalnya Rayan membuat jumlah korban tewas asal Palestina akibat bom Turki bertambah menjadi 3 orang. Seorang perempuan yang bepergian dengan keluarga Rayan, Nisrin Hashim Shafee Hammad juga dilaporkan tewas.

Hingga kini total mereka yang tewas dalam ledakan bom Turki mencapai 44 orang. Terdapat sejumlah warga negara asing, yaitu satu China, satu Tunisia, dua Irak, satu Ukraina, satu Yordania, satu Uzbekistan, satu Iran, dan tiga Palestina.

Menuai Kecaman

Kecaman datang dari berbagai belahan dunia atas aksi teror yang disebut paling mematikan di Turki itu, termasuk dari organisasi politik Hamas dan Fatah. Mereka menyebut tragedi ini sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Kendati belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, namun berbagai pihak meyakini ISIS merupakan dalang di balik aksi teror di Bandara Ataturk. Sepanjang 2016, ibu kota negara itu, Istanbul yang dikenal sebagai pusat ekonomi dan wisata Turki telah menjadi sasaran empuk para teroris menyusul dilancarkannya sejumlah serangan.

Turki sendiri merupakan 'kota transit' bagi mereka yang hendak menyeberang ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS.

Belum lama ini muncul kritikan terhadap pemerintah Turki yang menyebut negara itu terlalu sibuk melakukan berbagai upaya, untuk menjatuhkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dibanding menghalau serangan ISIS.

Video Terkini