Liputan6.com, London - Rayuan mautnya di dunia maya tentang ISISÂ dan pria-prianya mampu membuat para wanita muda Inggris mabuk kepayang. Mereka berbodong-bondong ke Suriah menjadi 'pengantin jihad' bagi para tentara kelompok teroris yang paling kejam di muka bumi itu.
Sosok di balik burqa sambil membawa AK- 47 adalah sang mak comblang perayu para wanita muda bernama Umm Muthanna Al Britaniyah.
Baca Juga
Ternyata, Muthanna adalah mantan mahasiswa di London dengan nama Tooba Gondal. Ia masih berusia 22 tahun dan ayahnya adalah pebisnis sukses di negeri Ratu Elizabeth II.
Advertisement
Dalam beberapa tahun, perubahannnya, dari mahasiswi bahagia yang bakal meninggalkan kampus hingga jadi 'cheerleader' ISIS memakai burqa menyandang AK 47.
Dilansir dari Daily Mail Senin, (3/7/2016) Gondal bertugas untuk merayu para gadis di dunia maya, mencekoki mereka dengan 'surga' ISIS dan menikahi para tentaranya.
Pada Mei tahun lalu, menggunakan nama Fatima, ia mengajak remaja Inggris agar bepergian ke Suriah, bergabung dengan ISISÂ menikahi para tentaranya.Â
Ia meminta remaja-remaja itu setidaknya merayu 1 atau 2 saudaranya -- perempuan 16 tahun-- dan membawanya ke Suriah itu.
Mereka berencana terbang ke Swiss lantas ke Istanbul dan melalui jalan darat menuju perbatasan Suriah.
Namun, rencana itu gagal oleh wartawan yang menyamar.
Wartawan itu lantas memperingatkan polisi tentang aksi Gondal. Pihak berwenang sayangnya tak bisa menemukan Gondal, namun berhasil menangkap saudaranya. Semenjak saat itu, Gondal jadi target deredikalisasi oleh Prevent -- unit khusus antiterorisme di Scotland Yard.
Tak ada yang mengetahui bagaimana Gondal yang berasal London Timur bisa bergabung dengan ISIS.
Ia merupakan anak perempuan pertama pengusaha di London. Menurut teman-temannya, Gondal merupakan sosok cerdas dan selalu meraih nomor satu di tiap mata pelajaran di Kelmscott School. Meski banyak yang mengatakan ia sosok remaja pemberontak pada umumnya.
Foto di buku tahunan tahun 2010, memperlihatkan ia memakai jilbab. Namun, teman-temannya mengatakan ia kerap membuka penutup aurat itu ketika berangkat sekolah dan memakainya saat pulang.
"Ia sejenis remaja pemberontak. Aku pikir wajar. Ia datang ke sekolah pakai kerudung, lalu membukanya sesampai di sekolah," kata salah seorang temannya yang enggan disebut identitasnya.
Seorang teman lain mengatakan, Gondal juga perokok dan memiliki beberapa pacar. Ia mencintai boy band dan musik yang selama ini dilarang oleh ISIS.
Salah seorang teman yang jadi kontak Gondal di media sosial kaget dengan perubahan selama 2 tahun terakhir.
"Ia mulai memposting ayat-ayat dan berbicara tentang agama. Aku tak tahu apa yang membuatnya seperti itu," katanya.
Tak ada teman-teman gadis ceria itu tahu bagaimana Gondal kepincut ISIS dan terbang ke Suriah.
Setelah lulus SMA, ia menjadi mahasiswa di Goldsmiths College. Ada beberapa dugaan jika Gondal terlibat di Goldsmiths' Islamic Society-- ISOC-- yang memiliki reputasi garis keras.
Namun, juru bicara ISOC menolak keterkaitan dengan Gondal.
"Saya tak pernah mendengar nama itu, atau punya ide siapa dia," ujar juru bcara.
Gondal diketahui tinggal di Raqqa semenjak Januari 2015. Ia mulai bermain Twitter tak lama sesudahnya.
Tak ada yang tahu sosok siapa Muthanna di Twitter itu. Namun petunjuk menyeruak saat ia berkomentar sadis tentang Teror Paris.
Keluarga Gondal sendiri pindah dari Prancis ke Inggris ketika ia masih kecil.
Di Inggris, keluarga itu tinggal di rumah dua tingkat dengan 6 kamar di kawasan Wanstead, yang terletak di luar kota London Timur dan merupakan daerah untuk kaum menengah atas.
Rumah berpagar putih itu memiliki kebun di pintu masuknya, serta kolam renang di halaman belakang.
Teman-temannya menyebut ia kaya karena sang ayah memiliki sejumlah toko di London. Salah satunya adalah toko halal.
Gondal diketahui telah menikah dengan tentara ISIS dari Lebanon, Abu Abbas Al-Lubhani yang tewas dalam serangan udara. Saat itu, Gondal berkicau, "Suamiku tewas... ia pun syuhada di Hasakah."
Sang ayah, Mohammed Bashir Gondal, mengonfirmasi putrinya ke Suriah pada tahun lalu. Ia juga meyakini putrinya hidup bersama anggota ISIS lainnya.
Bashir sendiri tak tahu bagaimana anak putri pertamanya itu bisa kabur.
Dengan bahasa Inggris terbata-bata ia berkata, "Andai saja tahu kalau putriku ke Suriah, aku pasti akan mencegahnya..."
Kepolisian Inggris menolak berkomentar mengenai Gondal pun demikian dengan Goldsmiths University.
Cuitan paling anyar Gondal menyebut: "Dosa-dosaku sangat banyak. Orang-orang disekitarku meninggal. Kapan giliranku, ya Tuhan? Kapan aku bergabung dengan suamiku..."