Liputan6.com, London - Pada 1984, sebuah lagu berjudul 'Somebody’s Watching Me' oleh Rockwell meraih sukses besar. Melalui lagu dan video musiknya, putra Berry Gordy, pendiri dan CEO Motown Records, ini mengusik salah satu rasa ketakutan paling mendasar pada manusia, yaitu takut diintip.
Tukang intip (voyeur) adalah orang yang mendapat gairah dengan menyaksikan sesuatu yang privat. Kadang-kadang mereka terpuaskan dengan membicarakan atau menuliskan khayalan tersebut, tapi kebanyakan voyeur tentu saja lebih senang…mengintip.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari listverse.com pada Jumat (8/7/2016), ahli psikologi sudah lama menemukan benang merah antara penyimpangan seksual dengan voyeurisme. Tapi bukan hanya urusan seksual, karena sejumlah pengintip malah melangkah lebih jauh dan membunuh.
Berikut ini adalah 5 perilaku tukang intip fenomenal sedunia yang buat heboh:
1. Pendamping Mahasiswa
Kejahatan yang dilakukan oleh Dr. Stanley Dobrowolski sangat memalukn bagi Western University, Ontario, Kanada, sehingga pihak universitas merasa wajib meminta maaf atas "trauma dan kepedihan" para korban.
Dr. Stanley Dobrowolski bekerja di universitas tersebut selama 2 dekade hingga akhirnya dituduh melakukan serangan seksual. Antara 1985 dan 1994, pegawai Layanan Kesehatan Mahasiswa itu dituduh melakukan hal tidak pantas oleh sejumlah mahasiswi.
Pernyataan maaf pihak sekolah tidak mengungkapkan secara jelas tentang "pelanggaran" yang telah terjadi, namun diduga ahli psikiatri itu mempraktikan bentuk vouyerisme tertentu selagi bertugas saat itu.
Secara khusus, sewaktu melakukan praktik privat, ia diduga merekam 9 pasien wanita, kemungkinan besar sewaktu pemeriksaan jasmani. Bahkan sebelum peradilannya pada 2014, ia telah memiliki reputasi perilaku tidak profesional.
Pada 2004, College of Physicians and Surgeons of Ontario mendapati Dobrowolski bersalah telah menyentuh dan memeluk beberapa pasien wanita tanpa ijin. Yang lebih heboh adalah tuduhan bahwa ia terlibat dalam hubungan seksual dengan beberapa pasiennya.
Ketika polisi mendapat akses kepada komputer pribadi tersangka, terungkaplah kepemilikan pornografi anak di dalam komputer itu. Bahkan ada 'hasil karya'nya sendiri. Sekarang Dobrowolski sedang menjalani hukuman 4 tahun penjara.
2. Kasus Terbesar di London
Menurut Metropolitan Police, seorang ayah satu anak warga India bernama George Thomas adalah tukang intip terburuk dalam sejarah kota itu.
Sejak 2009, selama 6 tahun lamanya, Thomas merekam lebih dari 3.500 orang secara diam-diam atau tanpa ijin. Sejumlah korbannya adalah anak-anak dan bayi-bayi.
Bukan hanya itu, Thomas bahkan termasuk seorang tukang sadap yang parah dan telah menempatkan alat perekam di mana-mana, mulai dari kamar tidur dan kamar mandi rumahnya sendiri hingga kamar mandi umum di seluruh London. Kebanyakan hasil rekaman ini disimpan dalam komputer miliknya dan kemudian dipergunakan untuk memuaskan dorongan seksualnya.
Kegemaran anehnya tidak terendus polisi hingga akhirnya, pada Maret 2015, seorang rekan kerja wanita di Ernst & Young memergoki adanya alat perekam dalam ruang bilas perusahaan. Waktu itu George masih bekerja di sana.
Polisi kemudian menggeledah lemari penyimpanan milik George di fasilitas ruang kebugaran perusahaan dan mereka menemukan dua kamera serta sebuah memory stick yang berisi foto-foto tidak senonoh. Pada Desember 2015, George diganjar hukuman 4 tahun penjara.
Mengintip, Lalu Membunuh
3. Berawal dari Toko Grosir
Dari sekedar mengintip menjadi pembunuh. Itulah yang dilakukan Joshua Komisarjevsky bersama dengan rekannya Steven Hayes. Kasus ini seakan menjadi tamparan bagi sistem peradilan AS yang gagal menanggapi ancaman-ancaman serius.
Di suatu subuh pada 23 Juli 2007, Komisarjevsky dan Hayes memasuki sebuah rumah milik Dr. William Petie di Cheshire, Connecticut. Setelah habis-habisan menghajar Dr. Petit, mereka menemukan Jennifer Hawke-Petit, istri korban, bersama dengan dua putrinya, Michaela (11) dan Hayley (17).
Komisarjevsky dan Hayes berniat mencari sesuatu yang berharga dari dalam rumah, tapi Jennifer mengaku tidak ada uang dalam jumlah besar sebelum pagi menjelang.
Pagi itu, para tersangka kemudian membawa Jennifer ke sebuah bank. Kamera pengawas bank merekamnya menarik uang ribuan dolar dari rekeningnya, tapi ternyata kejahatan itu belum selesai karena kemudian Komisarjevsky dan Hayes melanjutkan menyiksa keluarga Petit selama 7 jam lamanya.
Dalam kesempatan itu, Komisarjevsky memperkosa dan membunuh Michaela yang masih di bawah umur. Ia kemudian membantu Hayes menyebarkan bensin ke seluruh rumah dan membakarnya. Yang mengagetkan, saat itu polisi sedang berjaga di luar, dekat rumah Petit, tapi tidak melangkah masuk.
Setelah Komisarjevsky dan Hayes diringkus tidak jauh dari kediaman Petit, para penyidik menguak bahwa Komisarjevsky mengincar keluarga Petit setelah melihat Jennifer dan Michaela di toko grosir. Komisarjevsky, yang diduga seorang pedofil, memutuskan untuk menguntit kedua anak perempuan itu karena tergiur melihat Michaela.
Belakangan, dokumen polisi dan pengakuan para tersangka mengungkapkan bahwa sebelum melakukan pembunuhan itu, Komisarjevsky kerap menerobos memasuki rumah-rumah warga hanya untuk mengamati orang tidur. Komisarjevsky bahkan mengaku kadang-kadang menggunakan alat bantu penglihatan malam (night vision) dan diam-diam mengamati pasangan-pasangan sedang teridur pulas.
4. Lubang Bertebaran
Anuj Parekh (20) yang berasal dari Mumbai, India, dituduh sebagai seorang tukang intip yang aktif.
Awalnya, polisi memperhatikan mahasiswa Virginia Tech itu memasuki apartemen kosong di Terrace Apartment di Blacksburg, Virginia. Polisi kemudian mendapati bahwa tersangka telah membuat rentetan lubang.
Satu rentetan lubang di dinding, yang lainnya di lantai. Lubang-lubangnya dibuat tersamar sedemikian rupa supaya ia bisa mengamati tetangga-tetangganya. Selain mesin bor, polisi juga menemukan sebuah laptop dan beberapa hard drive.
Setelah temuan pada Maret 2016 tersebut, polisi mengajukan 6 tuduhan kepadanya, antara lain termasuk perampokan, pengintipan, dan perusakan properti.
Ternyata Parekh tidak sendirian. Ia tertangkap setelah investigasi besar-besaran terhadap kejahatan maraknya intip-mengintip di kampus. Ia sekarang sedang menunggu persidangan.
Advertisement
Bahkan Melibatkan Tokoh Agama
5. Bersalah atau Tidak?
Pendeta, pastor, imam, dan rabbi selayaknya menjadi orang-orang yang dapat dipercaya tanpa ragu. Tapi tidak sedikit kasus penistaan seksual dilakukan oleh para pemuka agama utama dalam beberapa dekade terakhir.
Misalnya Rabbi Barry Freundel dari sinagoga Kesher Israel yang terletak sekitar kampus Georgetown di Washington, DC. Pada 2015, ia mengaku bersalah telah merekam kaum wanita ketika sedang berganti baju dalam ruang pemandian Yahudi.
Secara keseluruhan, Freundel telah secara rahasia merekam 52 wanita selagi mereka mempersiapkan diri untuk mikvah, yaitu ritual pemandian suci bagi kaum Yahudi Orthodoks. Untuk itu, Freundel diganjar hukuman 6,5 tahun penjara.
Pada musim panas 2015, Freundel mengajukan banding dengan landasan telah melakukan satu kejahatan voyeurism saja, bukan 52 seperti yang didakwakan sebelumnya. Pada bulan Juli, seorang hakim federal di Washington, DC menetapkan dakwaan sebelumya dan bahkan mengirim Freundel ke penjara federal untuk menjalani sisa masa hukumannya.
Tapi ada kejutan. Seorang pria bernama Jeffrey Shulevitz menulis di The Jewish Daily Forward dan berpendapat bahwa Freundel tidak sepantasnya dikerangkeng dalam ruang tahanan perorangan. Padahal istri Jeffrey Shulevitz termasuk salah satu yang masuk dalam rekaman sang rabbi.
Beberapa orang dalam kalangan Yahudi di kota itu bahkan mengumumkan pengampunan bagi Freundel atas tindakan-tindakannya tersebut.
6. Kasus Masa Lampau
Kasus Jonathan Scott Graham sekaligus membongkar suatu misteri kejahatan belasan tahun sebelumnya.
Pada 16 Agustus 1986 malam, warga Edmond, Oklahoma, bernama Gary Dale Larson dan pasangannya diserang orang tak dikenal. Larson ditikam hingga 24 kali di dada dan perut ketika sedang keluar kamar untuk memeriksa suara-suara gaduh.
Beberapa saat kemudian, pasangannya menyusul untuk memeriksa dan memergoki seorang pria asing berdiri di dalam rumah. Pria itu kemudian memperkosa wanita itu selama 3 jam di bawah ancaman sebilah pisau. Setelah selesai, sang penerobos mengikat wanita itu dengan tali dan mengurungnya dalam sebuah lemari.
Selama beberapa dekade, kasus ini seperti tak tentu rimbanya. Kemudian, 18 tahun sesudah pembunuhan, alat pengindra gerakan (motion sensor) di kediaman warga Edmond bernama Scott Eggleston 'menghidu' sesuat. Sejurus kemudian, Eggleston memergoki Graham sedang telanjang kaki di kediamannya.
Pada 5 April 2004, polisi menahan Graham karena kejahatan intip-mengintip. Graham didakwa dengan kejahatan memata-matai orang-orang di 1.200 blok sepanjang jalan Pepperdine Avenue yang terletak hanya 1 blok dari bekas rumah Gary Larson, korban pembunuhan 1986.
Ketika polisi membandingkan jejak-jejak kaki Graham dengan jejak-jejak yang ditemukan di tempat kejadian perkara 1986, polisi mendapatkan kecocokan.
Dengan bukti yang memberatkan ini, pada Januari 2005 Graham didakwa dengan pembunuhan tingkat satu dan diganjar 3 kali hukuman seumur hidup tanpa kesempatan mengajukan pengampunan.