Sukses

Gencatan Senjata Lebaran Gagal, 48 Warga Suriah Tewas Dibombardir

Pemerintah Suriah dan kelompok pemberontak sebelumnya sudah sepakat untuk 3 hari gencatan senjata selama Idul Fitri.

Liputan6.com, Darkush - Pertikaian sengit antara kubu pemerintah Suriah dan kelompok pemberontak semakin memanas. Meski keduanya sebelumnya sudah membuat kesepakatan tiga hari gencatan senjata untuk periode perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Eskalasi konflik antar kedua belah terus memicu pelancaran serangan udara di Provinsi Idlib dan Aleppo di Suriah.

Melansir dari berbagai sumber, operasi serangan lewat udara yang bertepatan dengan Lebaran itu dilaporkan telah menewaskan setidaknya 48 orang di dua lokasi yang dijadikan sasaran.

Tim pengamat HAM Suriah yang berbasis di London, Inggris menyebutkan bahwa 23 orang tewas di Idlib setelah pemerintah Suriah menyerang wilayah yang dihuni mayoritas pemberontak.

Sebanyak 10 wanita dan 2 anak menjadi korban serangan yang sebetulnya diarahkan kepada kelompok jaringan Al Qaeda, Jabat Al-Nusra. Angka kematian dikhawatirkan akan terus meningkat, lantaran jumlah korban yang terluka parah juga kian memarah.

Di hari kedua Idul Fitri, yaitu 8 Juli 2016, 25 orang -- 6 di antaranya adalah anak kecil -- di Kota Aleppo dilaporkan tewas usai serangan balasan dari kelompok pemberontak terhadap pasukan pemerintah Suriah.

Sebanyak 120 orang lain dilaporkan luka parah usai serangan fatal yang dilancarkan pada Jumat, 7 Juli 2016 kemarin.

Tim pengamat HAM juga mengatakan bahwa sebuah area di bagian barat kota Idlib, yang berbatasan dengan Turki, Darkush juga menjadi sasaran serangan udara tersebut.

Para pengamat menjelaskan, korban tewas akibat serangan itu merupakan Muslim dari sejumlah daerah di dalam wilayah Suriah yang tengah merayakan Idul Fitri di area sungai wilayah Darkush pada hari itu.

"Hari itu pemandangannya sungguh mengerikan, lantaran yang datang banyak wanita dan anak kecil. Mereka turut menjadi korban," kata Ahmad Yaziji, Pemimpin divisi Pertahanan Suriah, kepada Reuters yang dikutip hari Sabtu, (9/7/2016).

Kesepakatan gencatan senjata selama 3 hari merupakan hasil suatu persetujuan yang turut ditandatangani oleh dua pihak lainnya, Amerika Serikat dan Rusia pada bulan Februari lalu.

Meskipun perwakilan kelompok pemberontak sudah memberikan sinyal persetujuan atas keputusan tersebut, namun faktanya sangat bertolak belakang. Kedua belah pihak saling menyalahkan perihal tewasnya puluhan orang akibat serangan yang dilancarkan.