Liputan6.com, Mumbai - 11 Juli 2006, atau tepatnya 10 tahun silam, hiruk-pikuk Kota Mumbai, India saat jam pulang kerja dikejutkan oleh rangkaian ledakan bom. Bom pertama meledak di dalam kereta kelas eksekutif di kawasan rel barat. Bom kemudian diketahui adalah bom yang dirakit dari panci presto.
Bom pertama meledak di kereta yang melaju dari arah Churchgate menuju Borivali, antara Stasiun Khar dab Santa Cruz saat jam sibuk. Dalam waktu pulang kerja ini, kereta komuter ini mengangkut jutaan orang setiap harinya.
Advertisement
Baca Juga
10 menit kemudian, 6 bom panci lain meledak di sejumlah lokasi terdekat, yakni di Jalan Bandra-Kharm, Jogeshwari-Mahim Junction, Mira Road- Bhayander, Matunga- Mahim Junction and Borivali.
Wakil Gubernur Mumbai Maharashtra mengatakan, akibat rangkaian ledakan ini, total 200 orang tewas dan 714 lainnya terluka. Jumlah korban tewas kemudian dilaporkan bertambah menjadi 209 orang. Mumbai pun ditetapkan dalam kondisi darurat.
Dua bandara di Mumbai dijaga ketat petugas. Juga lintasan kereta barat ditutup untuk sementara. Begitu juga operasional bus yang dijaga ketat aparat.
Perdana Menteri H. D. Deve Gowda langsung mengadakan pertemuan dadakan atas krisis ini bersama pejabat terkait.
Polisi pun melancarkan investigasi dan memburu pelaku. Hingga pada akhirnya sebanyak 12 orang yang dianggap bertanggung jawab atas pengeboman, ditangkap. Mereka disebut sebagai anggota kelompok militan Islam Pakistan, Lashkar-e-Taiba.
Namun demikian, Pemerintah Pakistan membantah tudingan bahwa pihak Lashkar-e-Taiba sebagai pelaku pengeboman.
Pada 30 September 2015, Pengadilan India menjatuhkan hukuman mati kepada 5 orang pelaku bom di kereta Mumbai pada tahun 2006. Sementara, 7 orang lainnya divonis penjara seumur hidup.
Sejarah lain mencatat pada 11 Juli 1405, penjelajah China Cheng Ho memulai pelayaran pertamanya ke daerah-daerah di Samudera Hindia atas perintah Kaisar Yongle.
Pada 11 Juli 1970, sebuah roket Angkatan Udara Amerika Serikat jatuh di Daerah Sunyi Mapimi, Meksiko, selanjutnya menimbulkan legenda urban bahwa di daerah tersebut sinyal radio tidak dapat diterima.