Sukses

Perang Pecah di Sudan Selatan, Kedubes AS Evakuasi Staf

Eskalasi konflik di Sudan Selatan membuat AS mengungsikan sejumlah staf non daruratnya.

Liputan6.com, Juba - Amerika Serikat (AS) mengambil langkah evakuasi terhadap sejumlah staf non darurat yang bertugas di kantor kedutaannya di Sudan Selatan. Hal ini dilakukan menyusul eskalasi pertempuran di ibu kota negara itu, Juba, yang hingga saat ini telah menewaskan ratusan orang termasuk salah satunya, seorang pasukan penjaga perdamaian PBB asal China.

Seperti dilansir CNN, Senin (11/7/2016) pernyataan Kementerian Luar Negeri AS menyebutkan, situasi keamanan di Juba pada Minggu 10 Juli kemarin telah menunjukkan sebuah 'kemunduran yang serius dan tiba-tiba' menyusul bentrokan antara loyalis Presiden Salva Kiir dengan pasukan pembela mantan Wakil Presiden (Wapres) Riek Machar.

Menanggapi konflik berdarah yang terjadi di Sudan Selatan, Dewan Keamanan PBB telah menggelar pertemuan tertutup di New York. Mereka menyatakan 'terkejut dan marah' atas serangan yang dilakukan terhadap warga sipil dan pasukan penjaga perdamaian PBB, menyebut peristiwa ini sebagai kejahatan perang.

DK PBB juga meminta masing-masing kubu untuk mengontrol pasukannya, mencegah terjadinya kekerasan dan berkomitmen untuk melaksanakan gencatan senjata dan perdamaian.

Pertempuran di negara termuda di dunia itu pecah sejak Kamis 7 Juli lalu setelah bentrokan antara loyalis Presiden Kiir dengan pendukung mantan Wapres Machar. Namun eskalasi kekerasan dilaporkan terjadi pada Minggu 10 Juli kemarin, tak lama setelah negara itu merayakan hari kemerdakaannya menyusul terjadinya penembakan di luar gedung UNMISS, misi PBB untuk Sudan Selatan.

"Apa yang kita lihat saat ini adalah kegagalan total komando dan kontrol di Juba. Kita perlu mencermati apakah siklus pembunuhan sebagai aksi balas dendam akan terjadi selama beberapa hari ke depan," ujar Direktur Pusat Studi Afrika, Kate Almquist Knopf.

Ratusan Orang Tewas

Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk PBB Koro Bessho mengonfirmasi kematian seorang tentara perdamaian PBB asal China. Sejumlah pasukan China dan Rwanda lainnya disebut menderita luka-luka.

Berbicara kepada South Sudan Broadcasting Corporation, Menteri Informasi Sudan Selatan, Micheal Makuei Lueth mengatakan saat ini ibu kota Juba telah sepenuhnya dalam kondisi terkendali. Ia juga menyampakan Presiden Kiir akan mengeluarkan imbauan gencatan senjata dan ia berharap Wapres Machar juga melakukan hal serupa.

"Karena kita ingin menyelamatkan nyawa rakyat Sudan Selatan," tegasnya.

Ratusan orang dilaporkan tewas dalam perang saudara di negeri itu. Namun jumlah pastinya masih simpang siur di mana sebelumnya Reuters dengan mengutip pernyataan Kementerian Kesehatan Sudan Selatan menyebut 272 orang tewas, sementara sumber lainnya menyebut 150 orang.