Liputan6.com, Istanbul - Di tengah berbagai aturan yang membatasi gerak perempuan di Arab Saudi, pangeran negara itu, Nawaf al Saud justru diduga menunjukkan hal yang bertentangan.
Ia menghabiskan liburannya di atas sebuah yacht mewah dengan berpesta dan dikelilingi para perempuan yang asyik berbikini ria.
Baca Juga
Perilaku Pangeran Nawaf tersebut menjadi sorotan sejumlah media. Beberapa bahkan memuatnya di halaman utama mereka.
Advertisement
Seperti dilansir Ansamed, Rabu (13/7/2016) Pangeran Nawaf diketahui telah menghabiskan waktu selama empat hari terakhir untuk berlibur di Bodrum tepatnya di Laut Aegea, salah satu tempat liburan paling eksklusif di Turki. Yacht yang membawanya berlayar juga disebut sebagai yang termahal di dunia.
Tak cukup di situ sensasi yang dihadirkan sang pangeran. Dalam liburannya kali ini, ia juga kedapatan dikelilingi oleh sejumlah perempuan cantik yang dari berbagai foto yang beredar mengenakan pakaian renang two piece.Â
Sebagian menyebut, para wanita cantik itu adalah model Swedia. Kabar yang beredar juga mengatakan, sang pangeran sempat makan malam di sebuah restoran mewah dan meninggalkan tip sebesar 1.000 euro atau setara dengan Rp 14,4 juta.
Menanggapi hal ini, seorang jurnalis terkemuka Turki, Ahmet Hakan telah menulis surat terbuka kepada Pangeran Nawaf yang disampaikannya melalui media cetak Hurriyet. Ia mempertanyakan apa yang disebutnya sebagai 'definisi kemunafikan' kepada pangeran Arab Saudi itu.
Sejauh ini belum ada tanggapan maupun konfirmasi dari Nawaf al Saud maupun pihak Kerajaan Arab Saudi.
Perempuan 'Dikepung' Banyak Aturan
Sejumlah aturan khusus telah ditetapkan Pemerintah Arab Saudi untuk perempuan di negara itu. Mulai dari tata cara berpakaian, mengobrol, mengemudi, berolahraga bahkan hingga bepergian.
Perempuan di Arab Saudi dilarang bepergian tanpa pendamping, kecuali ia sudah mendapat izin dari suami atau keluarga lainnya. Ada pula larangan mengemudi yang diberlakukan atas berbagai alasan.
Melakukan kegiatan yang menyehatkan seperti berolahraga juga mengundang kontroversi di negara itu. Ada kabar yang menyebut bahwa pemerintah telah mencabut izin bagi perempuan di negara itu untuk berolahraga sekalipun di sebuah sekolah khusus perempuan.
Pada 2015 lalu, sedikitnya 13 perempuan menang dalam pemilihan dewan kota di Arab Saudi. Keputusan untuk mengizinkan perempuan berpartisipasi dalam pemilu diambil oleh almarhum Raja Abdullah di mana ini disebut sebagai warisan penting era pemerintahannya.
Kendati demikian, banyak pihak menilai peran perempuan di negara itu masih dibatasi.